Baik-buruknya nama, menurut perhitungan Bali (neptu), didasarkan pada susunan aksara Bali (ha, na, ca, ra, ka, da, ta, sa, wa, la, ma, ga, ba, nga, pa, ja, ya, nya). Setiap aksara diasumsikan memiliki nilai berbeda.
Angka-angka itu kemudian dipakai untuk menghitung nilai total dari nama seseorang yang dijumlahkan dari nilai setiap penggalan suku kata. Contoh, nilai keseluruhan nama Santiyasa adalah Sa (sa=8) + N (na=2) + ti (ta=7) + Ya (ya=17) + Sa (sa=8)= 42
Nilai total dari nama itu selanjutnya dibagi 5 kemudian sisanya akan diproyeksikan pada lima unsur yang menunjukkan "cocok tidaknya nama", yang meliputi lima unsur, "Sri", "Bhuana", "Peta", "Lara", "Pati". Menghitungnya dimulai dari satu (Sri), dua (Bhuana), tiga (Peta), empat (Lara), dan lima (Pati).
Jadi, nama Santiyasa (dengan angka total 42), jatuh pada unsur "Bhuana". "Artinya, "Astungkara", kelak si pemilik nama itu akan bahagia, kemakmuran, keberuntungan, mulia, dan sukses segalanya,".
Menurut tradisi Bali, unsur "Sri", "Bhuana", dan "Peta" dianggap mewakili unsur kecocokan nama. Sebaliknya kalau jatuh pada unsur "Lara" dan "Pati", nama itu dianggap tidak cocok bagi yang bersangkutan.
Kelima unsur itu masing-masing memiliki arti konotasi yang berbeda. "Sri" memiliki arti yang positif (bahagia, kemakmuran, keberuntungan, mulia, dan sukses segalanya). Juga "Bhuana" dan "Peta" mengandung arti yang positif, yakni baik dalam kedudukan (jabatan) dan ekonomi (harta), tapi biasanya masih ada kekurangan di sisi lain, seperti sakit, rumah tangga diselilingi cekcok atau kurang harmonis. Sebaliknya unsur "Lara" dan "Pati" punya konotasi negatif. Unsur "Lara" menggambarkan hidup tersendat-sendat, sakit-sakitan, kurang mujur, banyak sial, banyak menderita. Unsur "Pati" menyimpan makna umur yang pendek.
untuk mempermudah perhitungan, biar tidak bingung cari orat-oret, penulis sengaja membuat program Perhitungan Nama yang sederhana dan bisa didownload disini.