Banyak orang mengira bahwa pis bolong sebagai bahan inti dalam ritual merupakan pengaruh budaya China. Mereka pikir hanya sebagai pelengkap upacara atau hanya bekal materi atau simbol materi semata.
Pis Bolong adalah simbul Windu/Siwa karena berbahan dari perunggu yang bermakna simbul Panca Warna atau Brumbun sebagai simbul warna Siwa dan di tengah aksaranya I dan Ya. Segiempat ditengah adalah gabungan 4 Segitiga sama sisi. Kita bisa liat dalam prosesi mecaru ada 4 Sanggah Cucuk berbentuk Segitiga dijatuhkan ke dalam satu demi satu sesuai mantra Sang Pandita atau Sang Pinandita. Artinya masuk ke Jro atau ke Dalem atau ke Sunya.
Kemudian akan timbul pertanyaan kenapa menggunakan Pis Bolong China, kenapa tidak memakai Pis Bolong Bali ?. Jawabannya jelas hanya pertimbangan ekonomi saja. Pis Bolong China lebih murah, dan tetap dipakai sebagai simbul karena tidak merubah hakekat dari perjalanan roh ke Jero atau ke Dalem atau ke Sunya atau ke Siwa.
Dari Sunya atau kosong kembali ke Sunya dan konsep ini jelas tersirat dalam mantra sebagai berikut :
✓ Penciptaan : I Ba Sa Ta A Ya Nama Siwa Mang Ung Ang artinya Siwa turun dengan kekuatan maya-Nya menjadi berwujud atau semuanya Siwa dari awalnya.
✓ Pemeliharaan : Sa Ba Ta A I Nama Siwa Ya Ang Ung Mang artinya semua yg berwujud atas nama Siwa dalam perjalanan roh dan maya-Nya.
✓ Peleburan : A Ta Sa Ba I Siwa Nama Ya Ung Ang Mang artinya semua yang berwujud akan kembali menuju Siwa dalam perjalanan tujuan utama setiap roh atau Amor Ing Acintya.
Inilah inti ajaran Siwa Buddha di Bali yang arsiteknya adalah Mpu Kuturan. Kemudian dilanjutkan oleh para Mpu dan para wiku mumpuni hingga Mpu Dwijendra ke Bali.
Jadi, jelas bahwa Pis Bolong China sama sekali tidak ada hubungannya dengan pernak pernik ritual di Bali. Hindu Bali berdasarkan Aksara siapapun tak akan mampu merubahnya sebab apabila dirubah sedikit saja pakemnya maka konsep ke Jro atau ke Dalem atau ke Sunya akan hilang dengan sendirinya.
Itulah sebabnya konsep Pura di Bali menggunakan Tri Mandala atau 3 ruang dari Nista, Madya dan Utama yg bermakna ke Jro atau ke Dalem atau ke Sunya.
Begitu pula jikalau ritual Siwa Gni atau Api Rahasya atau Homa Yadnya diganti dengan Agni Hotra akan jauh melenceng.