Kesadaran akan kesetaraan sesuai ajaran Weda menyebabkan banyak lahir Sulinggih Sulinggih seiring juga dengan kebutuhan dan kesadaran umat akan perlunya nuwur Sulinggih. Kehadiran Sulinggih secara kuantitas sangat berbahaya jika tidak diiringi oleh kualitas baik keilmuan(intelektual), jnana, khususnya moral dan sesana. Siapa yg paling berperan disini? Yang terutama adalah Nabe dan PHDI serta organisasi pasemetonan. Secara informal umat juga bisa mengusulkan atau mepungu terhadap Sulinggih yg akan di Diksa. Belakangan umat dikecewakan dengan banyak kasus Sulinggih khususnya terkait dengan moral, etika. Semoga ini tidak mengurangi rasa hormat terhadap Sulinggih karena bagaimanapun itu adalah OKNUM tidak bisa di generalisir.
Fenomena yg terjadi atas kasus Sulinggih yg menyimpang, umat mulai kecewa dan melakukan tindakan yg menurutnya benar, publikasi, mencemoh, dll yang semuanya masuk katagori MANINDA DWIJA (Melecehkan Sulinggih). Umat dibolehkan mengkritisi Sulinggih dengan tetap berpegang etika. Sastra menyebut : "Aywe maninda Dwija meparek patinya.....(jangan melecehkan Sulinggih pendek umurmu...tapi jika Sulinggih dg sengaja mereduksi moral etika, maka 1 kesalahan sama dengan 1000x). Jika ini disadari maka berat jadi Sulinggih.
Sebenarnya ada prosedure jika ingin mengkritisi Sulinggih dengan tetap beretika (tidak Maninda) yaitu : Mepungu ke Nabenya atau Raka/Rai Sulinggih tersebut, ke PHDI atau org pasemetonan misal Mgpssr, dll...tidak perlu ke publik atau kepolisi karena ageman penabean atau aguron guron jelas. Sulinggih yg melanggar sesane akan dilakukan 2 hal oleh Nabenya dan pencabutan Hak Lokaphalasraya oleh PHDI, yang lebih berat sangsi moral dari umat dalam bentuk ketidak percayaan, tidak nuwur, dsbnya. Hukuman Nabe ada 2 dari PETITE sejenis peringatan keras sampai PANTEN yaitu dipotong prucutnya dan wajib ngider bhuwana meguru pidhuka ke Pura Pura selama 10 tahun...setelah itu dikembalikan Ke Sulinggihannya. Yang tidak bisa segera kembali adalah kepercayaan umat ibarat keramik yg sudah pecah, disusun kembali tidak sempurna ke jati mula.
Dengan tulisan ini semoga umat menjadi tahu, tidak sembarang maninda Sulinggih, ikuti prosedur yg benar dan beretika. Untuk Calon Sulinggih...ini pelajaran berharga, bahwa ilmu dan jnana memang penting tetapi SESANA jauh lebih penting. Semoga kedepan lebih baik.
Rahayu
Sumber: Tulisan Ida Pandita Mpu Satya Dwijananda