Siwa Purana

Siwa Purana mempunyai 24.000 sloka, terbagi ke dalam 6 Samhita atau bagian. Nama-nama dari samhita tersebut adalah Jnana Samhita, Vidyeshvara Samhita, Kailasa Samhita, Sanatkumar Samhita, Vayaviya Samhita danDharma Samhita. Setiap samhita dibagi lagi menjadi beberapa sub-bagian atau Bab yang disebut adhyaya. Jnana Samhita mempunyai 78 Bab, Vidyeshvara Smahita 16 Bab, Kailasa 12 Bab, Sanathkumar Samhita 59 Bab, Vayaviya Samhita 30 Bab dan Dharma Samhita 65 Bab. Siwa Purana ditulis oleh murid langsung dari Vedavyasa (Maharesi Vyasa/Abyasa/Krsna Dwipayana) yang bernama Romaharsana atau biasa disebut juga sebagai Lomaharsana. Romaharshana dan Para Pertapa

Ada banyak pertapa yang tinggal di hutan yang bernama Naimisharanya. Suatu hari para pertapa ini mendatangi pertapaan Romaharsana dan menyapanya “Romaharsana, kamu adalah orang yang diberkati”. “Kamu telah mengajari kami tentang banyak hal, tapi kami tetap tidak puas”. “Kamu telah mendapat keberuntungan yang sangat besar sebagai manusia, yaitu berguru secara langsung kepada Vedavyasa, dan tidak ada sesuatupun yang tidak kamu ketahui di dunia ini, entah di masa lalu, masa sekarang ataupun masa yang akan datang”. “Ceritakan kami tentang Siwa, kami tidak tahu banyak tentang keberadaan Siwa”

Romaharsana menjawab “saya akan menghubungkan kalian dengan sesuatu yang sangat ingin kalian ketahui, dan saya tidak mengada-ada atau mengarang tentang keberadaan-Nya”. Romaharsana mulai bercerita. Pada masa lalu, pertapa Narada sangat ingin mengetahui tentang keberadaan Siwa, dan Ia-pun bertanya kepada Ayah-Nya, Brahma. Brahma-pun menjelaskan kepada anak-Nya (Narada) “saya akan ceritakan kepada-Mu tentang keberadaan Siwa”

Brahma

Pada awal penciptaan semesta, sebelumnya tidak ada apapun di semesta ini, bahkan semesta itupun tidak ada. Hanyalah Brahman (unsur ilahi/divine essence) yang ada dimana-mana. Brahman bersifat tidak juga panas ataupun dingin, tidaklah tebal juga tidak tipis. Tidak mempunyai awal ataupun akhir. Terdapat Air dimana-mana. Wisnu memanifestasikan diri-Nya dalam bentuk ilahi-Nya yang sangat besar dan tidur di atas air tersebut. Ketika Wisnu sedang tertidur, sebuah bunga teratai/Padma (Lotus) tumbuh dari pusar/perut-Nya. Bunga teratai tersebut mempunyai banyak kelopak dan dengan batangnya yang bersinar seperti sinar 1000 matahari. Dari sel bunga tersebut Brahma dilahirkan. Brahma mulai bertanya “Tampaknya tidak adapun disini kecuali Bunga teratai ini. ” “Siapakah Aku? Siapa yang menciptakan Aku?”. Akhirnya Brahma berpikir bahwa Beliau akan menemukan jawabannya jika Ia menjelajahi seluruh bunga teratai ini. Mungkin ia ingin mencoba untuk menemukan pusat bunga teratai. Brahma memanjat turun melalui batang bunga terati dan menggembara di dalamnya selama 100 tahun. Akan tetapi ia belum juga menemukan pusat bunga teratai ini. Akhirnya Ia memutuskan untuk kembali ke Sel tempat ia dilahirkan. Akan tetapi Ia kebingungan lagi selama 100 tahununtuk menemukan Sel tempat Ia dilahirkan dahulu. karena kelelahan dan kebingungan, Ia-pun menyerah dan beristirahat.

Tiba-tiba Ia mendengar kata “Om” yang menggelegar, mendengar kata tersebut Brahma-pun melakukan tapasya (meditasi). Brahma bermeditasi selama 12 tahun. Ketika telah 12 tahun meditasi-Nya berlangsung, Wisnu yang bertangan empat muncul dihadapan-Nya. Di keempat Tanggan-Nya Wisnu menggemgam Shankha (kerang laut), a Chakra (senjata ilahi yang berbentuk bundar seperti cakram yang tajam), Gada (tongkat pemukul) dan setangkai bunga tertai (padma). Brahma tidak mengenal sosok di hadapan-Nya, dan Ia-pun bertanya “Siapakah Kamu?” Wisnu hanya terdiam dan tidak menjawabNya secara langsung. Namun akhirnya Wisnu menjawab “AnakKu, Maha Wisnu telah menciptkan-Mu. Brahma menampiknya dengan keras”Siapa sebenarnya Kamu yang telah memanggil diriKu sebagai AnakMu?”. Wisnu menjawab “tidakkah kamu mengenal diriKu?. “Aku adalah Wisnu!, dan dari Badan-Ku lah kamu diciptakan!”. Brahma tidak percaya terhadap perkataan Wisnu dan Ia mulai menyerang Wisnu.

Lingga

Ketika sedang sengitnya bertarung, Sebuah Lingga (Simbol dari Siwa) yang bersinar menampakkan wujudNya. Tampaknya Lingga tersebut tidak mempunyai awal ataupun akhir. Wisnu berkata “Brahma, mari kita hentikan pertarungan ini!” “Tampaknya ada sesuatu yang lain hadir sekarang bersama Kita.” “benda apakah (Lingga) ini? dan darimana datangnya? mari kita mencari tahu benda apakah ini!.” “Kamu ambillah bentuk angsa (Hamsa) dan pergilah ke atas Lingga itu.” “Aku akan mengambil bentuk Babi Hutan (Varaha) dan pergi ke bagian bawahnya.” “Mari kita coba jelajahi keberadaan Lingga ini.” Brahma-pun setuju. Ia berubah menjadi Angsa putih dan terbang ke atas. Wisnu berubah menjadi Babi hutan jantan dan pergi ke bawah. Mereka mencari selama 4.000 tahun dan tidak dapat menemukan ujung dari benda (Lingga) tersebut. Akhirnya mereka kembali ke tempat mereka semula dan mulai sembahyang dengan tetap mempertahankan wujudNya yakni Angsa (Brahma) dan Babi Hutan Jantan (Varaha). Mereka sembahyang selama ratusan tahun dengan khusyuk. setelah ratusan tahun berlalu, suara “Om” kembali terdengar dan sesosok mahkluk dengan 5 wajah dan 10 tangan muncul di hadapan mereka. “Aku adalah Mahadeva atau juga dikenal dengan Siwa!” Wisnu berkata “ada baiknya aku dan Brahma bertarung, dan akibat pertarungan tersebut andapun muncul!”

Siwa menjawab “Kita adalah 3 bagian dari unsur ilahi yang sama dan telah terbagi menjadi 3 bagian sesuai fungsinya.” Brahma adalah pencipta, Wisnu adalah pemelihara dan Aku adalah sang perusak (penghancur/pelebur zat material). Ada satu makhluk lagi yang bernama Rudra yang akan lahir dari badan-Ku, namun Rudra dan Aku sebenarnya satu dan sama. Biarkanlah Brahma mencipta alam semesta sekarang!” Siwa lalu menghilang , Brahma dan Wisnu kembali ke wujud Aslinya (Dewa).

Proses Penciptaan

Ketika itu hanyalah air yang berada dimana-mana. Di dalam Air tersebut, Wisnu menciptakan telur yang besar (anda). Ia kemudian memasuki telur tersebut dalam wujud Maha Wisnu. Sementara itu, Brahma mulai bermeditasi (sembahyang). Dari kekuatan meditasi-Nya, Ia menciptakan beberapa orang suci (rishi). Rsi Kardama, Rsi Daksha dan Rsi Marichi terlihat diantara mereka. Anaknya Rsi Marichi bernama Baghawan Kashyapa. Rsi Daksha mempunyai 60 anak perempuan dan 13 diantaranya menjadi istri dari Baghawan Kashyapa. Anak-anak dari Baghawan Kasyapa dengan putri Rsi Daksha menjadi Adityas (dewa), Daitya (sejenis demons/setan), Danava (sejenis demons/setan), pepohonan, bangsa burung, bangsa ular, gunung dan sejenis tanaman merambat. Dari perkawinan tersebut populasi dunia dan alam semesta ini mulai berkembang. Sejenis makhluk bernama Rudra, yang tidak lain adalah Siwa itu sendiri, juga lahir dari Brahma. Rudra tinggal di gunung Kailasa. Salah satu Putri Rsi Dhaksa yang bernama Dewi Sati dinikahkan dengan Rudra. Namun Rsi Daksha dan Rudra saling tidak menyukai satu dengan yang lainnya.

Daksha melangsungkan prosesi Yajna (korban suci) dan Ia tidak mengundang Rudra untuk menghadiri acara ini. Dewi Sati juga tidak diundang pada acara tersebut, akan tetapi Ia bersikeras untuk hadir dalam acara tersebut. Melihat kejadian tersebut Dhaksa memarahi anaknya Dewi Sati, namun Dewi Sati meprotesnya dengan jalan mengorbankan diri-Nya untuk menjadi korbaan suci dengan meloncat ke api pemujaan tersebut dan meninggal. Dewi Sati mengorbankan dirinya untuk mendamaikan ayahnya dengan Rudra. Hal ini didengar oleh Rudra dan membuat-Nya naik pitam, ia mengirim Bala tentara-Nya untuk menghancurkan acara Yajna tersebut, menganggu jalannya upacara dan membunuh semua Dewa yang hadir dalam acara tersebut akibat kematian Dewi Sati.

Rencana Rudra ini pun berhasil dengan gemilang. Namun penyesalan kembali menghinggapi Rudara, yang pada akhirnya memutuskan untuk menghidupkan semua Dewa yang telah dibunuh oleh Bala tentaranya. Korban Suci tersebut akhirnya berhasil, meskipun ada gangguan yang hebat. Dewi Sati bereinkarnasi menjadi anak dari Dewa Gunung Himalaya dengan istri Dewi Menaka. Ia Dikenal dengan Parvati yang akhirnya menikah dengan Rudra/Siwa.

Tarakasura

Adalah sejenis makhluk dari bangsa asura(raksasa/setan) yang bernama Tara. Tara mempunyai anak laki-laki yang bernamaTaraka. Taraka berobsesi untuk mengalahkan seluruh bangsa Dewa (adityas). akibat obsesinya tersebut ia menuju ke sebuah tempat yang bernama Madhuvana dan mulai melangsungkan prosesi pertapaan (tapasya) yang sangat berat. Posisi pertapaanya dengan menatap matahari dengan menakupkan telapak tangan dalam posisi lengan lurus. Posisi berdirinya dengan satu kaki, hanya ibu jarinya yang menyentuh tanah. Ratusan tahunpun berlalu, dalam melaksanakan tapa-nya, Taraka hanya meminum air dan tidak secuilpun menyentuh makanan. Untuk ratusan berikutnya ia hanya menyerap energi alam dari udara untuk kelangsungan hidupnya. Taraka menghabiskan seratus tahun untuk bertapa dalam air, seratus tahun untuk bertapa di atas tanah dan seratus tahun lagi untuk bertapa di dalam api yang membara. Seratus tahun lagi ia bertapa dengan posisi badan terbalik dengan posisi tangan menopang tubuhnya dan seratus tahun lagi, ia bertapa dengan posisi badan terbalik dengan bergelantungan di sebuah ranting pohon.

Pelaksanaan pertapaan yang sulit ini akhirnya menyenangkan hati Brahma. Brahma pun muncul di hadapan Tarakasura dan berkata ” Bangunlah Anakku, Aku sangat senang dengan tapasya-mu, sekarang katakan apa yang kau inginkan?” “Aku senang jika pertapaanku telah berhasil dan Kau sebagai Makhluk pencipta semesta ini senag” jawab Tarakasura. “Aku menginginkan dua permintaan!” “Permintaan pertama adalah aku ingin menjadi makhluk yang paling kuat di semesta dan tidak ada yang bisa mengalahkanku di semesta ini!” jawab Tarakasura dengan mantap. “Permintaanku yang kedua: aku hanya bisa dikalahkan hanya oleh Putra dari Siwa!”

Siwa pada saat tersebut belum mempunyai putra. Dewi Sati telah meninggal dan meskipun Dewi Sati telah bereinkarnasi menjadi Dewi Parvati, Ia belum menikah dengan Siwa. Brahma menyetujui kedua permintaan Tarakasura. Dengan perasaan gembira Tarakasura pergi ke kota yang bernama Shonipura dan membangun kerajaannya disana. Semua raksasa menjadika Tarakasura sebagai rajanya, ini akibat berkat yang telah diperoleh Taraksura dari Brahma. Tarakasura menjadi kuat dan dengan mudah mengalahkan para Dewa dan menyerang Sorga (kediaman para Dewa). Ia mulai menaklukan ketiga Dunia (Bhur Loka, Buwah Loka dan Swah Loka) dan memaksa dea untuk turun dari kediamannya di kahyangan/sorga. Ia merampas seluruh harta kahyangan dan menjadikan dewa sebagai pelayannya.

Dewa-dewa yang dapat melarikan diri dari kekejaman Tarakasura lari menuju Brahma Loka (alamnya Brahma) dan bertanya kepada Brahma bagaimana caranya untuk mengakhiri kekejaman Tarakasura. “Aku tidak Bisa membantumu!” Jawab brahma kepada para dewa, “Berkat anugrahku raksasa itu menjadi kuat, juga anugrahku juga menyatakan bahwa ia hanya bisa dibunuh oleh putra-Nya Siwa!” Siwa harus mempunyai putra, Siwa sekarang sedang melaksanakan tapasya di Pegunungan Himalaya. Dewi Parvati juga berada di sekitaran gunung tersebut. “Kita harus melakukan sesuatu agar kedua Dewa ini bisa jatuh cinta dan akhirnya menikah” Para Dewa telah menemukan caranya untuk menghentikan kekejaman Tarakasura.

(Berlanjut ke Bagian 2 ...)