Goutama and Trymbaka
Jauh ke selatan Bharatavarsa (India) ada sebuah gunung yang bernama Brahmaparvata. Disana hiduplah dua orang pertapa suami istri Goutama dan istrinya Ahalya. Mereka telah melakukan tapasya selama 10.000 tahun. Ketika mereka sedang bermeditasi, tidak ada setetes hujan pun turun di hutan itu selama 100 tahun dan daerah itupun mulai kekurangan sumber air. Makhluk pun mulai mati satu persatu. Goutama memuja Varuna sang Dewa Laut dan hujan untuk menurunkan hujan. Varuna muncul dan memberikan ia sebuah permohonan.
“Hamba mohon turunkanlah hujan yang lebat.” ujar Goutama. “aku tidak bisa menganugerahi kamu permohonan tersebut, itu diluar kuasaKu.” sahut Varuna” mintalah berkat yang lain.” “Hamba mohon anugerahkanlah kami sebuah kolam di hutan ini yang penuh dengan air. ”ujar Goutama. dengan kekuatanNya Varuna mengabulkan permintaan Goutama dan kolam pun tercipta.
Waktu berlalu, pertapa yang lain ikut menggunakan air dari kolam itu. Biasanya, Goutama mengirim murid-muridnya untuk menambil air di kolam itu. Tapi murid-muridnya keberatan karena mereka dilarang oleh istri-istri pertapa yang lain. Istri Goutama sendiri Ahalya yang akhirnya mengambil air, untuk menghindari pertengkaran. Istri pertapa yang lain melarang Ahalya, tapi tidak dihiraukannya. Istri-istri pertapa ini mengeluh kepada suami mereka. Pertama tidak dhiraukan, namun lama-kelamaan mereka sepakat untuk mengusir Goutama dan Ahalya untuk diusir keluar dari hutan itu karena jahat.
Mereka menyusun rencana untuk mengusir Goutama dan istrinya. Mereka mulai memuja Ganesha. Ketika Ganesha muncul, pertapa itu berkata ” Kabulkan permohonan kami, agar Goutama dan Ahalya bisa pergi jauh dari pertapaannya.”
Meskipun Ganesha menyadari bahwa permohonan mereka itu tidak adil, ia memutuskan untuk mengabulkannya karena Ia rasa seluruh pertapa dan istrinya yang jahat ini perlu mendapat ganjaran setimpal.
Goutama mempunyai sebidang sawah dan ladang gandum. Ganesha mengambil wujud sapi yang sangat kurus dan mulai memakan tanaman Goutama. Goutama mencoba mengusir sapi tersebut dengan sebatang dun ilalang yang tajam. Ketika Goutama memukul sapi tersebut mendadak sapi tersebut mati. Ini merupakan dosa yang besar yaitu membunuh seekor sapi.
Pertapa yang lain mengusir Goutama dan Ahalya dari pertapaannya. Mereka telah membangun ashram (pertapaan) buat Goutama yang letaknya sangat jauh. Pertapa yang lain benar-benar memutuskan hubungan mereka dengan Goutama dan istrinya. Goutama mencari cara untuk melakukan penebusan dosa (prayashchitta) atas dosa yang telah dilakukannya. pertapa yang lain menyarankannya agar Ia melakukan perjalanan keliling dunia. setelah itu, Goutama harus berdoa dengan keras sepanjang bulan. Tugas selanjutnya adalah mengelilingi Brahmaparvata 100 kali dan mandi di seratus tempat air. Ini akan menebus dosanya. Semua dilakukan oleh Goutama dan istrinya, mereka juga memuja Siwa untuk waktu yang lama.
Siwa akhirnya hadir dihadapan mereka dan akan mengabulkan permintaan mereka. Goutama memohon agar sungai Gangga selalu hadir di pertapaan mereka. Gangga menyetujui hal tersebut dengan syarat Siwa dan Parvati harus selalu hadir disana. Siwa dan Parvati setuju. Kejadian ini melahirkan Jyotirlingga kedelapan yang bernama Trymbaka. Jadi Tryambaka berada di sungai Godavari anak dari sungai Gangga.
Apa yang terjadi dengan para pertapa jahat dan istri-istri? Goutama memohon agar mereka meminta maaf. Para pertapa itu melakukan penebusan dosa atas kesalahannya dengan mengelilingi gunung Brahmaparvata selama 101 kali, akhirnya merekapun meminta maaf pada Goutama dan Ahalya.
Ravana and Vaidyanatha
Jyotirlingga yang kesembilan bernamaVaidyanatha
Ravana, raja dari ras Raksasa, bermeditasi di gunung Himalaya untuk menyenangkan hati Siwa. Pertama ia memuja gunung Kailasa(kediaman Siwa), tapi Siwa tidak pernah muncul. Kemudian ia pergi ke tempat yang bernama Vrikshakhandaka yang sedikit ke selatan dari gunung Kailasa. Ia mekukan pemujaan disana, tapi Siwa tidak juga muncul. Ravana membuat lubang dengan cara menggali tanah dan mulai melakukan pemujaan di dalam lubang itu. Ia membangun Lingga Siwa di dalam lubang tersebut. Siwa tidak juga muncul.
Akhirnya Ravana memutuskan untuk mengorbankan bagian tubuhnya, seperti yang anda ketahui, ia mempunyai sepuluh kepala. Ia menyalakan api suci dan mulai mengorbankan kepalanya satu persatu ke dalam api suci tersebut. Ketika sembilan dri kepalanya telah dikorbankan, Siwa akhirnya muncul. “Sudah cukup pengorbananmu, anakKu” ujar Siwa “Permohonan apa yang kamu inginkan.”
“Berikan hamba kesaktian tanpa batas, dan hamba mohon kembalikan kesembilan kepala hamba.” sahut Ravana. Permohonan ini dikabulkan oleh Siwa dan tempat kejadian ini berlangsung dikenal dengan nama Vaidyanatha. Para Dewa menjadi cemas menyaksikan Ravana menjadi sakti luar biasa. mereka khawatir bahwa bangsa Raksasa pimpinan Ravana akan menyerang mereka. Mereka mengirim Narada untuk memancing kesalahan Ravana.
Narada menemui Ravana dan menanyakan kenapa Ravana terlihat sangat gembira. Ravanapun menceritakan permohonannya yang dikabulkan Siwa. “Pemohonan kesaktianmu dikabulkan?” tanya Narada. “Siapa yang bisa percaya terhadap janji Siwa? jika kamu benar-benar sakti dan kuat, coba angkatlah gunung Kailasa, setelah kamu berhasil mengangkatnya baru aku percaya kamu benar-benar sesakti yang kau katakan.” Merasa ditantang oleh Narada, Ravana menuju ke gunung Kailasa dan mulai mencoba mengangkat gunung itu. Karena gunung Kailasa tergoncang akibat ulah Ravana, Siwa dan Parvati merasa terganggu. Siwa mengutuk Ravana, bahwa yang akan datang akan ada makhluk yang akan lahir untuk membunuh Ravana. Makhluk ini bernama Rama, yaitu salah satu avatara Wisnu.
(Berlanjut ke Bagian 11 ...)