Pembakaran Dewa Cinta
Para Dewa akhirnya bersepakat untuk mengikuti saran dari Brahma. Akan tetapi bagaimana caranya “membuat” Siwa dan Parvati dapat saling jatuh cinta? Sementara itu Raja dari Bangsa Dewa dinamakan DewaIndra dan Dewa Cinta bernama Dewa Kandarpaatau biasa disebut juga Dewa Madana. Dewa Indra memerintahkan Dewa Kandarpa “Wahai Kandarpa, Sang Dewa Cinta…” ujar Dewa Indra. “Tidak ada jalan lain, Siwa sedang lelap dalam tapasya-Nya di gunung Himalaya dan dewi Parvati juga berada di daerah itu juga..” “Yakinkan kami agar kedua sejoli ini bisa bersatu dalam cinta, Itulah tugas kamu.”
Dewa Kandarpa pergi ke tempat Siwa bertapa. Kehadiran Dewa Cinta di Himalaya, mendadak mengubah keadaan gunung Himalaya yang beku berubah menjadi seperti keadaan musim semi. Bunga-bunga bermekaran dan terlihat lebah bertebangan menghisap madu. Burung-burung berkicau dan aroma wangi bunga semerbak memeuhi udara di gunung Himalaya tersebut. Siwa mencoba teguh dalam meditasinya, tapi keadaan sekitar telah mengganggu pikiran-Nya.
Waktu terus berlalu, mendadak hadirlah Parvati disana, Ia terlihat sangat cantik, sampai-sampai Siwa langsung jatuh hati dibuat-Nya. Parvati juga merasakan hal yang sama. Dalam suasana romantisme tersebut, mendadak Siwa sadar bahwa ada sesuatu yang salah. Siapa yang berani menganggu meditasi-Nya, dan kenapa musim mendadak menjadi musim semi padahal belum waktunya. ketika Siwa melihat di sekeliling ia melihat Dewa Kandarpa sedang bersembunyi. Siwa akhirnya mengetahui bahwa ia semua adalah ulah Dewa Kandarpa.
Siwa menjadi marah, dari Mata ketiga di dahi-Nya mengeluarkan api dan seketika membakar Dewa Kandarpa menjadi abu. Istri dari Dewa Kandarpa adalah Dewi Rati. Ketika Dewi Rati melihat hal tersebut, ia mendadak lunglai dan jatuh pingsan. Ketika ia mulai sadar, ia mendadak bingung tentang keberadaan dirinya. “Apa yang terjadi padaKu? suamiku, cintaku, kemana kau pergi? ratapnya dengan sangat pilu.
Para Dewa dan Dewi Rati menghampiri Siwa. Mereka menjelaskan duduk permasalahnnya dan semua ini bukanlah semata-mata kesalahan Dewa Kandarpa. Dia memang ditugaskan unyuk menganggu meditasi Siwa karena masalah Raksasa Tarakasura. Bagaimanakh keadaan Rati sekarang sepeninggal suaminya?
Siwa menjawab, yang sudah terjadi biarlah terjadi. Tidak ada lagi yang bisa dilakukan tentang Dewa Kandarpa sekarang. Ia akan bereinkarnasi di Kota Dvaraka sebagai anakNya Krishna yang bernama Pradyumma. Dewi Rati akan bersatu lagi dengan Dewa Kardapa lagi kelak, jadi bersabarlah Dewi Rati.
Para Dewa akhirnya membubarkan diri dalam keadaan kecewa. Masalah percintaan Siwa dan Parvati belum usai sama sekali.
Parvati Bertapa
Akan tetapi Dewi Parvati terlanjur jatuh cinta kepada Siwa dan keadaan tersebut menyiksaNya setiap hari, karena dipikiranNya hanya ada Siwa. Akhirnya Rsi Narada mendatanginya bahwa Siwa hanya bisa disenangkan dengan bermeditasi (tapasya). “Kenapa anda tidak melakukan pertapaan, untuk memikat hati Siwa?” saran Rsi Narada.
Parvati memutuskan untuk mengikuti saran Narada. Ia meminta ijin orang tuaNya terlebih dahulu. Ayahnya menyetujui rencanaNya. meskipun IbuNya Dewi Menaka tidak setuju terhadap rencana Parvati yang akan melakukan pertapaan yang sangat berat, dengan berat hati IbuNya setuju pada akhirnya.
Parvati menanggalkan perhiasan dan BajuNya yang mahal. Ia hanya mengenakan kulit rusa untuk menutupi tubuhNya. di pegunung Himalaya ada suatu puncak yang dikenal bernama Gouriskikhara. Tempat tersebut yang dipilih Parvati untuk melaksanakan Tapsya-Nya. pertapaan yang sungguh berat. Di Kala musim hujan ia duduk di tanah. Pada saat musim salju ia bermeditasi di air yang membeku. Keadaan cuaca yang ganas tidak menghentikanNya.
Para Dewa dan MahaRsi berkumpul untuk menyaksikan aura tapasya-Nya yang mengagumkan. Mereka pun mulai berdoa untuk memuja Siwa. “Oh Tuhanku, tidakkah terkeyuk hatiMu melihat Parvati yang melaksanakan pertapaan yang begitu kerasnya? “tanya mereka. Tidak ada yang bertapa seperti ini sebelumnya dan tidak akan ada yang melakukan ini di masa depan. Kami mohon kabulkanlah permintaan-Nya . Mendengar doa dari para Dewa, Siwa mengambil wujud Brahmana (Varna pertama dari keempat Varna) dan menampakkan diri di pertapaan Parvati. Parvati tersadar dari pertapaaNya dan menyilahkan orang tua itu masuk ke pertapaanNya dan memujanya dengan bunga dan buah-buahan.
“Kenapa kamu menjalani pertapaan ini?” tanya Brahmana tersebut kepada Parvati. “Apa yang kamu inginkan anakKu?. Dengan mata penug dengan kepercayaan diri Parvati menjawab “Yang aku inginkan hanyalah satu, Aku ingin Siwa menikahiKu, wahai Brahmana yang bijaksana”.
Brahmana tersebut tersenyum “Kamu betul-betul bodoh AnakKu”. Hal itu seperti menukarkan emas dengan gelas atau membuang kayu cendana ke dalam lumpur. Apakah ada orang yang mau menukarkan air sungai Gangga dengan minum air dari sumurnya sendiri. Jika kamu ingin menikah dengan bangsa Dewa menikahlah dengan Indra. Siwa adalah makhluk yang sangat bodoh. Ia adalah makhluk yang mempunyai tiga mata dan 5 wajah. Rambutnya kusut (gimbal) dan tubhnya ditutupi oleh abu. Ia memakai ular sebagai hiasan lehernya. Ia selalu ditemani oleh bangsa makhluk halus, hantu dan siluman. Dia tidak punya baju dan tidak mempunyai kekayaan setitik pun. Tidak ada yang tahu siapa orang tuaNya. Ia hidup menyendiri di tengah es yang membeku dan lehernya membiru yang penuh dengan racun. Aku rasa engkau membuat kesalahan terbesar dalam hidupmu untuk memilih dia sebagai suamimu. “Lupakan Siwa dan jangan sia-siakan hidupmu ” Ujara Brahmana tersebut sambail memakan buah-buahan persembahan Parvati.
kata Brahmana tersebut membuat marah Parvati. “Kamu yang bodoh!” ujarnya dengan suara lantang. “Kamu tidak tahu apapun tentang Siwa!” “Ia adalah Tuhan dari segalaNYa dan kamu telah menghina Siwa dan bersiap-siaplah menerima kutukanNya, aku menyesal telah memujamu, wahai Brahmana yang sombong”. Teruskanlah ejekanmu, namun sebelum keluar kata-kata kotormu yang menhina Siwa, aku akan pergi dari tempat ini dahulu, aku tidak bisa dengar ada orang yang menghina Siwa.
Ketika Parvati bersiap akan meninggalkan tempat tersebut, Siwa langsung mengambil wujud asliNya dan berkata “Kemana kamu akan Pergi, Parvati? aku pikir kamu berdoa tentangKu”. “kamu tidak boleh mengutukKu sekarang, aku tidak bisa mengijinkanNya. Buatlah satu permintaan”
“Menikahlah dengan Ku sesuai ritual adat di negaraKu”jawab Parvati. Siwa menyetujui dan mereka menuju ke kediaman orang tua Parvati.
(Berlanjut ke Bagian 3 ...)