Prosesi Perkawinan
Siwa memanggil ketujuh Maha Rsi (saptarshi) dan meminta mereka pergi ke Himalaya untuk menjadi wali untuk meminang Parvati. Pesannya adalah untuk meminang putri Dewa Gunung Himalaya Parvati sebagai calon istri Siwa. Himalaya sangat senang melihat para MahaRsi tersebut dan lebih senang lagi mendengar bahwa Siwa akan meperistri Parvati Putri sematawayangNya. Tanggal pun telah ditetapkan.
Akhirnya hari yang bersejarah tersebut tiba, para Gandharva (para penyanyi surgawi) bernyanyi dengan sangat merdu dan Apsara(para penari sorga) menari dengan sangat mengagumkan. Seluruh bangsa Dewa menuju ke Kailasa untuk menemani Siwa pada prosesi pernikahanNya. Kerajaan Himalaya pun telah bersiap. telah dibangun gerbang-gerbang yang sangat indah di depan kerjaan yang dipenuhi panji-panji kebesaran. Keindahan karajaan Himalaya pada saat itu susah digambarkan dengan kata-kata. Ketika prosesi pernikahan akan digelar, Dewi Menaka Ibunda Parvati bergegas keluar.
“Biarkan aku melihat Siwa!”ujarnya dengan sangat bersemangat. “Biarkan aku menemui calon mantuku”. “Anakku parvati telah menjalankan tapsya yang sangat berat agar dapat dinikahkan oleh Siwa.” “Dia pasti sangat tampan!” ujarnya.
Dewa yang pertama dilihat Menaka adalah Vishvavasu, Raja dari para Gandharva. Vishvavasu memang sangat tampan, dan Menaka mengira bahawa ialah Siwa. Tetapi ketika ia diberitahu , bahwa Vishvavasu hanyalah seorang penyanyi yang menghibur Siwa, ia mengira bahwa Siwa pasti lebih tampan dari Vishvavasu.
Terus matanya tertuju kepada Dewa Kubera, Sang Dewa Kekayaan, dan ia mengira bahwa ialah Siwa. Kubera lebih menarik dari Vishvavasu. tetap ia diberitahu lagi bahawa itu bukan calon menantunya. begitu juga ketika ia melihat Dewa Yama yang lebih ganteng dari Varuna. Dewa yang paling tampan Indra, Surya dan Chandra, semua Dewa tersebut mengaku bahwa ia bukan calon menantunya dan melewatinya dengan tersenyum. Narada yang memberitahu bahwa itu semua adalah pelayan dari Siwa.
Menaka menjadi sangat gembira, Jika pelayannya saja penampilannya sudah seperti itu apalagi Pimpinannya, ujarnya dalam hati. Ia juga salah menilai Brahma, Wisnu dan Brihaspati yang diduganya sebagai Siwa. Dimanakah Siwa? Akhirnya Siwa muncul dan Narada mengenalkannya kepada Menaka.
Pada pandangan pertama, Menaka mendadak mau jatuh pingsan. Siwa dikelilingi hantu disekelilingnya. Wajah mereka menyeramkan, semuanya berada di kegelapan dan mereka membuat keranjang yang besar. Siwa sendiri mengendarai seekor lembu. Ia mempunyai tiga mata, lima wajah dan 10 lengan. Kulitnya dilapisi abu jenasah dan bulan menghiasi dahiNya. Ia berbajukan kulit macan dan rangkaian tengkorak bergantung di lehernya. tidak mengherankan melihat pemandangan tersebut Menaka mendadak pingsan.
Ketika ia mulai sadar, ia mulai meratapi keadaannya. Ia mulai memarahi Himalaya, Narada dan Parvati untuk ketidak beruntunganNya bermantuka sosok yang aneh. Brahma dan para Dewa yang lain juga para Rsi berusaha untuk menghibur Menaka. Tapi itu tidklah dapat mengobati kekecewaan Menaka.
“Aku tidak mengijinkan PutriKu untuk menikah degan Siwa”Ujar Menaka. “Aku akan memebrinya racun jika prosesi ini tetap berlangsung.” “Aku akan membuangnya ke sumur dan membunuhnya”. “Aku akan mencincangnya menjadi berkeping-keping dengan senjata tajam”. “Aku akan menenggelamkannya di lautan. Aku akan bunuh diri. “Aku akan menikahkan Parvati dengan orang lain, Bukan dengan Siwa!”
Parvati menjawab” aku tidak menikah dengan orang lain selain Siwa. Apakah seekor serigala bisa dibadingkan dengan Singa?
Wisnu mencoba untuk menhibur Menaka. Tetapi ia tidak berhasil pula. Akhirnya Narada meminta Siwa agar berubah menjadi bentukNya yang Indah dan Siwa menyetujuiNya. Bentuk ini hanya ditunjukan bagi yang setia pada Siwa saja. Semuanya terpesona dengan penampilan Siwa yang indah tersebut, bahkan Menaka.
Badan Siwa bersinar bagaikan sinar 1000 matahari dan mahkota berkilauan di kepalaNya. PakianNya berkilauan dan kilau perhiasanNYa mengalahkan sinar bintang yang paling terang. Menaka langsung meminta maaf atas kebodohannya dan tidak ada halangan bagi prosesi pernikahan ini. Brahma yang menjadi saksi, upacarapun berjalan lancar dan akhirnya Siwa dan Parvati kembali ke kediaman Siwa di Kailasa.
(Berlanjut ke Bagian 4 ...)