Jalan yang mulai di #ABAIKAN.
Umumnya masyarakat Bali sangat #Samar_samar dalam memahami Wariga atau kalender Bali.
Wariga semata-mata diikuti lebih sebagai warisan leluhur yang memang dirasa wajib untuk dilanjutkan, bukan karena pemahaman mendalam.
Dan sayangnya, pengetahuan wariga tidak diajarkan secara memadai di bangku sekolah, padahal kalender Bali masih menjadi pedoman #Ritual dan #Upakara ( Panca Yadnya dan semua aktivitas ) , dari;
Pernikahan,
Upakara di semua pura,
Menanam dan memetik
hasil panen panen,
Sampai hari baik untuk
pindah rumah,
Bahkan ada pula hari baik
memotong rambut, dstnya.
Hanya orang Bali yang paham tabel dan rumusan ‘Lanus’. ( #Lelanusan ) yang bisa memahami #Logika atau #Matematika di balik kalender Bali atau Wariga.
Asal muasal dari ilmu Wariga atau kalender yang terwariskan di Bali adalah #SARIPATI dari ilmu #Pengetahuan_Kuno ( ancient Tehnology ) yang berbasis #Sains_Terapan berupa #Konstelasi_Bintang atau Rasi yang dipakai dasar acuan dalam pelayaran, atau navigasi pelaut kuno, menjadi acuan para petani dalam menghitung musim tanam, curah hujan, pertimbangan hama, damuh lengis, angin baret, dstnya.
Wariga yang dulunya adalah sains terapan, kini tidak banyak dipahami dengan baik, menjadi #Gugun_Tuwon yang seolah tidak ada #Logikanya.
#Ada_Kehidupan_didalam_Wariga.