Siwa Purana Bagian 12

Arjuna dan Siwa

Duryodana merampas hak bagian dan kekayaan dari Pandawa atas kerajaan Hastinapura dalam permainan dadu. Sebagai akibat dari hal ini, para Pandawa harus menghabiskan bertahun-tahun di hutan selama 12 tahun. Sementara mereka berada di hutan, Vedavyasa pun datang untuk mengunjungi Pandawa. Vedavyasa menyarankan kepada mereka untuk memuja Siwa, agar diberikan keselamatan selalu dan ketabahan dalam menjalani hukuman ini . Tapi karena Arjuna adalah yang paling cocok di antara para Pandawa untuk memuja Siwa, Vedavyasa mengajarkan mantra khusus (mantra) kepada Arjuna. Kemudian ia meminta Arjuna untuk pergi ke Gunung Indrakila dan berdoa untuk Siwa di sana. Gunung Indrakila berada di tepi sungai Bhagirathi. Arjuna pergi ke Gunung Indrakila. Dia membuat Lingga dari tanah liat dan mulai untuk berdoa kepada Siwa. Berita tentang Arjuna yang sedang bertapasya tersebar di mana-mana, bahkan sampai terdengar di Sorga.

Arjuna berdiri di salah satu kaki dan selalu membacakan mantra yang telah diajarkan Vedavyasa kepadanya. Waktupun berjalan dan Arjuna khusyuk dalam tapasyanya, namun tiba-tiba, Arjuna melihat seekor babi hutan yang ganas mendekat. Arjuna berpikir bahwa ini mungkin babi hutan ganas datang dan mengalihkan perhatiannya dari tapasya. Atau, mungkin merupakan perwujudan dari beberapa setan dan bisa membunuhnya jika tidak dilakukan sesuatu tindakan. Akhirnya Arjuna mengangkat busur dan anak panahnya dan memanah babi hutan itu. Sementara itu, Siwa yang telah memutuskan untuk menguji keteguhan tapasya Arjuna , mengubah diriNya sebagai seorang pemburu. Ketika Arjuna melepaskan anak panah tepat mengenai babi hutan tersebut, begitu juga panah sang pemburu (penjelmaan Siwa) juga mengenainya dengan tepat. Panah sang pemburu menghantam bagian belakang babi hutan sedangkan panah Arjuna mengenai bagian mulutnya. Babi hutan itu pun seketika mati.

Sebuah perselisihan akhirnya terjadi antara Arjuna dan pemburu, tentang siapa yang telah membunuh babi hutan tersebut. Semua mengklaim itu untuk dirinya sendiri. Mereka mulai bertengkar dan akhirnya saling serang. Tapi senjata apa pun yang dilontarkan oleh pemburu itu, dapat dengan mudah ditangkis oleh Arjuna. Ketika semua senjata sudah habis, dua orang itu mulai bergulat.

Setelah pertarungan berlangsung selama beberapa saat, Siwa kembali ke wujud asliNya . Arjuna menjadi terkejut dan malu, bahwa dia telah berperang dengan Tuhan yang selama ini dia puja. “Mohon maafkan aatas kelancangan hamba wahai Tuhan semesta alam”, kata Arjuna. “Tidak apa-apa anakKu Arjuna”, jawab Siwa. “Aku hanya berusaha untuk menguji Ananda”. Aku senang melihat tapasyamu, katakan padaku permohonan apa yang kamu inginkan?”Arjuna memohon agar dianugerahi kemuliaan di bumi. Siwa memberikan Arjuna senjata Pashupata. Sebuah senjata ilahi yang sangat kuat dan dengan memiliki senjata ini membuat Arjuna tak terkalahkan.

Sudarshana Chakra

Sudarshana chakra (senjata berbentuk cakram yang tajam) adalah senjata Wisnu. Wisnu menerima senjata sakti ini dari anugerah Siwa. Pada suatu waktu, Para Dewa diserang oleh sekelompok raksasa (Asura) yang jahat dan para Dewapun menemui Wisnu untuk mencari jalan keluarnya. Wisnu mengatakan bahwa raksasa-raksas itu begitu kuat dan Iapun tidak dapat menandinginya. Wisnu pun berencana untuk memuja Siwa, untuk meminta petunjuk apa yang harus dilakukan untuk memerangi para raksasa (Asura). Wisnu pergi ke Gunung Kailasa dan mulai untuk berdoa kepada Siwa. Ia menyanyikan banyak mantra, tapi tidak ada tanda-tanda kemunculan Siwa. Siwa memiliki seribu nama dan Wisnu mulai bernyanyi di setiap nama-nama ini.

Tiap hari ia menyanyikan seribu nama Siwa dan mempersembahkan seribu bunga teratai untuk Siwa (satu bunga teratai untuk satu nama Siwa). Siwa memutuskan untuk menguji Wisnu. Suatu hari, ia mencuri sebuah bunga teratai dari seribu yang ditawarkan Wisnu. Ketika Wisnu menyadari bahwa ada satu bunga teratai kurang, ia mencungkil mata-Nya sendiri dan menawarkannya sebagai pengganti bunga teratai yang hilang. Siwa sekarang senang dan muncul di hadapan Wisnu.

Dia menawarkan Wisnu untuk meminta sebuah permohonan. “Anda tahu bahwa para raksasa telah berkuasa dan menindas para Dewa” kata Wisnu “berikanlah saya sebuah senjata yang sakti yang dapat menumpas raksasa yang jahat itu. Siwa mengambil mata Wisnu yang telah dipersembahkan sebagai pengganti bunga teratai dan mengubahNya menjadi sebuah senjata yang sakti yang bernama Sudharsana Chakra. Dan dengan senjata ini, Wisnu dapat membunuh para raksasa.

(Berlanjut ke Bagian 13 ...)