Siwa Purana Bagian 11

Nagesha

Jyotirlingga yang kesepuluh dinamakan Nagesha. adalah sesosok raksasa yang bernama Daruka. Istrinya bernama Daruki. Mereka hidup dalam hutan yang terletak di tepi Laut Barat. Parvati memberikan anugerah kepada Daruki yaitu kemanapun Daruki pergi hutan itu akan mengikutinya. Menggunakan hutan sebagai benteng pertahanannya, kedua pasangan suami istri ini ingin untuk menaklukan dunia. Mereka menghancurkan Yajna (korban suci) dan membunuh orang-orang suci. dengan putus asa yang yang selamat dari pembantaian mereka, pergi menemui seorang pertapa sakti yang bernama Ourva. mereka menceritakan kepada Ourva, bahwa Ourva sendirilah yang dapat menyelamatkan dunia dari kekejaman para raksasa. Ourva mengutuk kedua raksasa tersebut, jika mereka mengadakan kekerasan di bumi, mereka seketika akan mati.

Karena tahu akan kutukan ini, para Dewa menyerang raksasa. Raksasa menjadi kebingungan. Jika mereka tidak melawan para Dewa, mereka akan dengan mudah dibantai. Tapi jika mereka melawan , tentu mereka akan seketika mati akibat kutukan Ourva. mereka memutuskan untuk menyelematkan diri ke lautan. berkat anugerah Parvati, hutan pun mengikuti mereka ke lautan dan menjadi benteng mereka di lautan. Mereka akhirnya hidup disana.

Mereka tidak lagi menginjakkan kakinya ke bumi, tapi mereka akan memenjarakan dan membunuh setiap orang yang melewati lautan dengan perahu. Karena tindakan mereka, suatau ketika mereka datang menangkap seorang Vaishya (golongan pedagang/tingkat ketiga dari Catur Ashrama) yang juga seorang pemuja Siwa. Sang Vaishya tersebut mendirikan sebuah Lingga di penjara dan mulai memuja Siwa. Ketika Raksas melihat hal ini, ia menyerang sang Vaishya itu. Sang Vaishya ini bernama Supriya. Siwa menganugerahkan Supriya sebuah senjata sakti yang bernama Pashupata. dengan senjata ini Supriya berhasil membunuh para raksasa. Raksasa yang tersisa dilindungi oleh Parvati. Lingga yang dipuja oleh Supriya dinamakan Nagesha.

Rama and Rameshvara

Jyotirlingga kesebelas bernama Rameshvara.

Ravana telah menculik Sita dan Rama telah mencarinya ke mana-mana. Ia dibantu oleh pasukan kera pimpinan Sugriva. Pencarian tersebut akhirnya membawa mereka ke sebuah pantai. Ketika Rama memikirkan cara untuk menyeberangi pantai tersebut, ia merasa sangat haus. ia menyuruh beberapa kera untuk mencarikan ia air. Ketika air telah datang ia menyadari bahwa ia seharusnya tidak minum air tersebut sebelum memuja Siwa. Rama membangun Lingga dan memuja Siwa dengan bunga-bunga yang wangi. ketika Rama sedang melakukan pemujaan terhadap Siwa, Siwa, Parvati dan pengiringNya muncul di hadapanNya. Siwa memberkati Rama dan Rama meminta agar Siwa tinggal di tempat itu selamanya. Adalah Lingga yang di tepi pantai itu, dikenal dengan Rameshvara.

Ghushna and Ghushnesha

Jyotirlingga ke 12 dan yang terakhir dinamakanGhushnesha

Di daerah selatan, terdapat sebuah gunung yang bernama Deva. seorang Brahmana yang bernama Sudharma hidup di sana. Istrinya dinamakan Sudeha. Suami istri merupakan seorang yang sangat taat beribadah dan sering melakukan peujaan terhadap para Dewa. hanya satu yang mereka harapkan, yaitu mereka mengharapkan kehadiran seorang putera. Sudeha merasa terganggu atas keadaan ini. Para wanita lain sering menghinanya karena tidak bisa memberikan seorang putera bagi suaminya.

Sudharma memutuskan untuk melakukan sebuh percobaan. Ia memetik dua kuntum bunga yang disaksikan oleh api suci. Ia mengasosiasikan dan memilih satu dari kedua bunga tersebut yang mempunyai makna kehadiran seorang anak dan menyuruh istrinya untuk memilih. Tapi sayangnya, istrinya memilih bunga yang bukan bermakna sebagai kehadiran seorang anak sesuai dengan pilihan Sudharma. Melihat kejadian ini Sudharma menyimpulkan bahwa mereka tidak akan pernah mempunyai anak dan ia mencarai kata-kata yang tepat untuk menjelaskannya kepada istri. Sudeha segera menolak dan ia menjadi sangat sedih.

“Kenapa kamu tidak menikah lagi?” tanya Sudeha. “Mungkin kamu akan mempunyai anak jika menikah lagi, nikahilah keponakanku Gushna.” “Tidak akan” sahut Sudharma”kamu mencintainya sekarang karena ia keponakanmu, namun bagaimana jika ia mempunyai anak dariku, kamu akan cemburu dan membencinya.” Sudeha meyakinkan suaminya bahwa hal itu takkan pernah terjadi. Sudharma akhirnya menikahi Gushna.

Setiap hari Gushna membuat 101 Lingga dari tanah liat dan memujanya. Ketika pemujaan telah selesai ia membuang linga-lingga tersebut kedalam kolam. ketika sejuta Lingga telah dipuja, Gushna melahirkna seorang bayi yang tampan. Shia menganugerahi seorang anak kepada Sudharma dan Gushna.

Ketika anak itu lahir, Sifat Sudeha berubah. seperti yang ditakutkan oleh suaminya, ia pun merasa cemburu dan membenci anak itu dan Gushna. Ia merasa Gushna lebih diperhatikan dan ia tidak pernah diperhatikan lagi oleh suaminya. Suatu malam, Sudeha membunuh bayi itu dan membuangnya ke kolam. Kolam ini adalah tempat lingga-lingga pemujaan itu dibuang.

Karena kewajibannya, Gushna bangun pada pagi harinya dan memulai pemujaan terhadap Siwa. Namun ceceran darah ditemukannya di tempat tidur dan anak bayinya hilang, iapun mulai berteriak. Namun di tengah kejadian ia memutuskan untuk menyampingkannya sebentar untuk tetap melakukan pemujaan terhadap Siwa. Siwa kagum menyaksikan ketulusan Gushna dan menghidupkan anaknya kembali. Siwa menjadi marah dan ingin membunuh Sudeha dengan trishulaNya karena telah membunuh anaknya Gushna, namun Gushna mencegahnya.

ketulusan dan welas asihnya Gushna membuat Siwa takjub dan Siwa berniat memberikan anugerah kepada Gushna. Gushna menginginkan agar Siwa selalu hadir pada Lingga di pinggir kolam itu, Lingga ini dikenal dengan Ghusnesha.

(Berlanjut ke Bagian 12 ...)