Sembahyang, Muspa, Mebakti dan Maturan

a6smile pernah menulis tulisan tentang "tata cara menghaturkan banten", nah kali ini saya akan menulis penjabaran tentang sembahyang.

Salah satu hakekat inti ajaran agama Hindu (sanata dharma) adalah sembahyang. setiap orang yang mengaku beragama, ia pasti melakukan sembahyang, karena sembahyang menurut agama bersifat wajib (harus).

Sembahyang intinya adalah iman atau percaya sehingga semua tingkah laku atau perbuatan, pikiran dan ucapan sebagai perwujudan dalam bentuk "bhakti" hakekatnya sumber pada unsur iman (sradha).

Menurut kitab Atharwa Weda XII.1.1, unsur iman atau sradha dalam agama hindu meliputi : Satya, Rta, Tapa, Diksa, Brahma dan Yadnya. dari keenam unsur srada tersebut, dua ajaran terakhir termasuk ajaran sembahyang.

Sembahyang terdiri dari dua suku kata, yaitu:

Sembah yang artinya "sujud atau sungkem" yang dilakukan dengan cara - cara tertentu dengan tujuan untuk menyampaikan penghormatan, perasaan hati atau pikiran, baik dengan ucapan kata - kata maupun tanpa ucapan (pikiran atau perbuatan).

Hyang artinya "yang dihormati atau dimuliakan" sebagai obyek pemujaan, yaitu Tuhan Yang Maha Esa, yang berhak menerima penghormatan menurut kepercayaan itu.

Dalam kehidupan sehari - hari, sembahyang kadang sering disebut "muspa, mebakti atau maturan".

  • Muspa, karena dalam persembahyangan itu lazim dilakukan dengan jalan persembahan kembang, bunga (puspa).
  • Mebakti, yang berasal dari kata bakti. dikatakan demikian karena inti sembahyang itu adalah untuk memperlihatkan rasa bakti atau hormat yang setulus - tulusnya, sebagai penyerahan diri kepada yang dihormati atau Tuhan YME.
  • Maturan, artinya menyampaikan persembahan dengan mempersembahkan (menghaturkan) apa saja yang merupakan hasil karya sesuai menurut kemampuan dengan perasaan tulus iklas. intinya adalah perwujudan rasa bakti dan kerelaan untuk beryadnya.