Hanya sebuah perjalanan dari segelas kopi menuju samudera. Air di gelas ini tak ada bedanya dengan air yang ada di samudera itu. Air yang ada di gelas ini dulunya juga berada di samudera itu dan nantinya air yang di gelas ini pun akan kembali ke air yang ada di samudera itu.
Dan pada suatu saat akan ada segelas kopi lagi yang lahir dari samudera itu dan akan kembali lagi ke samudera. Bahkan awan yang berada di atas samudera itupun adalah air yang sama dengan yang ada di samudera.
Sebelum dia menjadi segelas kopi, air ini adalah air samudera yang berubah menjadi air hujan yang tumpah di semua permukaan bumi, ada yang tumpah di lautan, ada pula yang tumpah di daratan dan mengalami perjalanan yang panjang lagi untuk bisa kembali ke samudera. Ada yang sempat menjadi sungai, menjadi air sawah, menjadi air di selokan, menjadi air yg ada di danau, menjadi air minum, menjadi kencing, menjadi keringat, menjadi minuman kaleng, menjadi air yang tersimpan dalam buah-buahan dan makanan lainya, dan ada yang menjadi segelas kopi.
Entah jadi apapun air itu dalam kehidupan ini, pada saatnya nanti diapun akan kembali ke samudera.
Berbagai macam nama air inilah yang terkadang membuat sang air lupa akan jati dirinya sebagai air samudera. Dia merasa dirinya adalah air sungai, dia merasa dirinya adalah kopi, dia bangga sebagai minuman kaleng, dll.
Perjalanan si air samudera ini tak ada bedanya dengan perjalanan sang jiwa, dan tak jarang sang jiwa lupa akan jati dirinya sama seperti si air yang terlalu bangga dengan nama dan wadah barunya, dan lupa akan jati dirinya sebagai air yang berasal dari samudera.
Jiwa kita adalah pengembara agung di kehidupan ini yang sedang menuju ke samudera keabadian.
Sudahkah kau memahami perjalanan jiwa mu wahai saudara-saudaraku ?