Purnama Tilem Simbol Rwa Bhineda

Penulis a6smile pernah menulis tentang Purnama, Tilem dan Anggara Kasih. Kali ini saya mencoba menambahkan beberapa makna dalam Rahinan Suci Purnama dan Tilem.

Rerahinan Purnama Tilem yang dirayakan oleh umat Hindu merupakan simbolis penerimaan Rwa Bhineda (dua sisi baik dan buruk, gelap dan terang). Begitu pula halnya dengan suka dan duka, digolongkan sebagai Rwa Bhineda (dua sisi yang berbeda). Purnama Tilem mengingatkan manusia akan adanya dua sisi yang saling bertentangan dalam kehidupan ini. Yaitu adanya gelap dan terang, kehidupan dan kematian, baik dan buruk, cinta dan benci, jahat dan baik, bersih dan kotor, dan sebagainya.

Ini berarti makna Purnama Tilem adalah agar jiwa tenang dan stabil ketika menghadapi suka dan duka kehidupan. Kestabilan jiwa itu penting dimiliki oleh manusia. Sebab di dunia ini semua orang akan dan pernah mengalami suka dan duka, apapun status sosialnya di masyarakat. Apakah dia orang kaya, orang miskin, orang berpangkat, petani, pedagang, dan sebagainya.

Mereka yang sudah mampu melewati siklus suka duka itu disebut “Jiwan Mukti” atau “Moksah selagi masih hidup”. Suka dan duka juga dialami olehnya, tetapi jiwa dan batinnya sudah tidak terpengaruh, karena yang mengalami semua itu hanyalah badan kasarnya saja. Mereka-mereka ini sering disebut dengan “Yogi”.

Bagaimana ciri-ciri seorang Yogi? Di dalam kitab suci Bhagavad Gita Bab V yang berjudul “Karma samnyasa Yoga” semuanya sudah dijelaskan. Beberapa kutipan bait sloka:

Bab V­-10

brahmany adhaya karmani Sangam tyaktva karoti yah, Lipyate na sa papena Padma-patram ivambhasa

Artinya: Mereka mempersembahkan semua kerjanya, kepada Brahman, berbuat tanpa motif keinginan apa-apa, tak terjamah oleh dosa papa, laksana daun teratai tak terbasah oleh air.

Bab V-11

kayena manasa buddhya Kevalair api, Yoginah karma kurvanti Sangam tyaktvatma-suddhaye

Artinya: Para yogi terlibat dalam bekerjamempergunakan badan, pikiran akal buddhi dan bahkan dengan panca indria mereka, hanya untuk penyucian diri dengan menanggalkan keterikatan.

Bab V-12

yuktah karma-phalam tyaktva Santim apnoti naisthikim, Ayuktah kama-karena Phale sakto nibadhyate

Artinya: Seorang yogi yang taat melakukan karma akan mencapai kedamaian abadi, dengan melepaskan keterikatan pada pahala, tetapi siapa yang tidak mentaati karma, karena dipengaruhi oleh keinginannya, akan terbelenggu pada pahala karma itu.

Bab V-18

vidya-vinaya-sampanne Brahmane gavi hastini, Suni caiva svapake ca Panditah sama-darsinah

Artinya: Orang arif bijaksana melihat semuanya sama, baik brahmana budiman dan rendah hati maupun seekor sapi, gajah, dan anjing ataupun orang hina papa tanpa kasta.

Bab V-20

na prahrsyet priyam prapya Nodvijet prapya capriyam, Sthira-buddhir asammudho Brahma-vid brahmani sthitah

Artinya: Dia tidak bergirang menerima suka dan juga tidak bersedih menerima duka, tetapi dalam kebijaksanaan teguh iman, mengetahui Brahman, bersatu dalam Brahman.

Hukum Rwa Bhineda berlaku untuk semua mahluk hidup di dunia ini, baik itu manusia, binatang maupun tumbuh-tumbuhan. Tapi manusia mempunyai kemampuan dan potensi untuk bisa terlepas dari hukum tersebut. Asalkan manusia itu sendiri giat berusaha. Karena di dunia material ini tidak ada yang tidak mungkin. Jika usaha manusia itu mengaruh pada kebaikan, maka dia akan berevolusi meningkatkan energi jiwanya. Sedangkan jika mengaruh pada keburukan, maka dia akan berevolusi menurun kan energi jiwanya.

Untuk itulah dalam hukum reinkarnasi manusia yang mempunyai energi buruk bisa merosot kelahirannya menjadi seekor binatang. Sedangkan manusia yang punya energi baik pada kehidupan yang akan datang dia akan lahir di lingkungan seorang yogi. Selanjutnya dia mempunyai kesempatan untuk meningkatkan evolusi kelahirannya kembali.

Hari suci Purnama dan Tilem hendaknya dijadikan momentum menebarkan benih-benih kasih pada diri sendiri terlebih dahulu. Jangan dilihat dari aktivitas kerutinannya, karena bisa menimbulkan kejenuhan. Justru di balik rutinitas itu terdapat suatu rahasia tersembunyi yang harus disingkapkan. Rahasia kasih dalam melakukan pemujaan, seninya menata kehidupan dari hari kehari menuju pada kecermerlangan-Nya, Indahnya panorama dalam keagungan keahlian-Nya, bahagia sang mahluk di dalam memanjatkan doa pada sang Khalik-Nya.