Siwa Purana Bagian 17

Ruru

Ada raksasa lain yang ingin menikah dengan Parvati juga. Namanya Ruru. Dia kebetulan melihat Parvati dan memutuskan bahwa ini adalah wanita yang akan menjadi istrinya. Dia mulai melakukan tapasya untuk mewujudkan keinginannya. Brahma muncul di hadapannya dan bertanya, “Ruru, kenapa kau melakukan tapasya yang sangat sulit ini? katakan apa permohonanmu?” Rurupun menceritakannya kepada Brahma.

“Itu adalah anugerah yang tidak bisa aku anugerahkan kepadamu”, kata Brahma. Brahma pun pergi dan Ruru tapasyanya. Meditasi ini dilakukan di sebuah gunung bernama Malaya. Dan dengan kekuatan tapasya Ruru, gunung pun mulai terbakar. Api itu begitu kuat, bahkan Siwa dan Parvati harus menjauh dari gunung tersebut. “Suamiku, mengapa kita melarikan diri?” tanya Parvati. “Mengapa kau tidak melakukan sesuatu tentang untuk memadamkan api?” “Aku tidak bisa,” jawab Siwa. “Kebakaran ini adalah akibat dari tapasya yang dilakukan oleh Ruru dan dia melakukan tapasya ini agar bisa menikah denganmu. Kuserahkan kepada mu untuk melakukan sesuatu tentang Ruru.”

Parvati memutuskan bahwa dia akan menemui Ruru. Sementara mereka bercakap-cakap, mereka melihat seekor singa berkelahi dengan gajah. Parvati membunuh singa itu dan mengulitinya. Dia mengenakan kulit singa sebagai pakaianNya. RambutNya menjadi berlumuran darah singa. Penampilannya menjadi sangat mengerikan.

Dengan gemuruh yang menggelegar, Parvati pergi ke tempat Ruru. “Ruru,” kataNya. “Aku datang. Aku adalah Parvati. Akulah yang kamu inginkan untuk dinikahi. Sekarang berhentilah bermeditasi.”” Omong kosong,” jawab Ruru. Parvati adalah wanita tercantik yang pernah kulihat. Wajahnya seperti bulan, rona-nya bagaikan emas, dan lengannya seperti batang teratai.” “Kau lihatlah dirimu sendiri, sungguh mengerikan penampilanmu. Kamu bukanlah Parvati. Anda berbohong. Pergilah, aku tidak ingin kau disini!”

Sambil mengatakan hal ini, Ruru menyerang Parvati dengan gada. Parvati marah dan ia pun menyerang Ruru. Keduanya berperang dengan sengitnya. Ruru melemparkan batu-batu besar dan pepohonan ke arah Parvati dan Parvati menggunakan kuku dan giginya untuk melawan Ruru. Ruru menciptakan beberapa asura lain dari tubuhnya. Parvati juga menciptakan banyak Dewi Shakti dari badanNya. Para Shakti mulai memakan para asura ciptaan Ruru. Karena kewalahan, akhirnya Ruru melarikan diri. Tapi Parvati mengejarnya sampai ke ujung bumi. Ia melarikan diri ke surga. Parvati mengikutinya di sana. Ia melarikan diri ke dunia bawah tanah, tapi Parvati mengejarnya ke sana juga.

Akhirnya, Ruru dapat melarikan diri lagi. akhirnya Parvati dapat menangkapnya dan merobek kepalanya dengan kukunya. Dia kemudian minum darah asura itu. Parvati juga mengulitinya dan memakai kulitnya sebagai PakaianNya. Demikianlah akhirnya Ruru terbunuh. Sekembalinya ke kediaman Siwa, Parvati memberiNya kulit singa dan Siwa mengenakan kulit singa itu sebagai pakaianNya. Untuk pakaiannya sendiri, Parvati mengenakan kulit asura Ruru.

Parvati Samaran

Suatu waktu Siwa berkunjung ke sebuah kota bernama Shonitapura. Ia didampingi oleh banyak gandharva dan apsara. Parvati ditinggalkan di Kailasa dan Siwa merasa kesepian di Shonitapura tanpa kehadiran Parvati. Dia memanggil Nandi dan berkata, ” Pergilah Ke Kailasa dan mintalah kepada Parvati agar datang menemuiKu di sini.” Nandi pun pergi ke kailasa dan mengatakan kepada Parvati bahwa Siwa sangat menginginkanNya. Parvati mengatakan bahwa Ia akan datang sedikit lama, karena dia ingin bersiap-siap terlebih dahulu. Nadi kembali dan melaporkan kepada Siwa apa yang Parvati telah dikatakan. Siwa menunggu seberapa lama, namun Parvati tidak juga datang.

Karena itu, Ia kembali mengirim Nandi pergi ke Kailasa dan memperingatkan Nadi bahwa ia seharusnya tidak datang kembali tanpa Parvati. Sementara yang para apsara (penari sorga) memutuskan bahwa mereka akan mempermainkan Siwa. Salah satu dari mereka menyamarkan dirinya dan berpura-pura menjadi Parvati. Seorang Bidadari bernama Chitralekhasetuju untuk melakukan hal ini. Bidadari lain bernama Urvashi menawarkan dirinya akan menyamar sebagai Nandi. Bidadari lain menyamar sebagai pelayan Parvati. Begitu hebatnya penyamaran mereka sehingga mustahil untuk mendeteksi bahwa mereka itu hanya samaran.

Nandi palsu kemudian datang bersama Parvati palsu menemui Siwa dan berkata, “Parvati telah datang. Dia datang bersama pelayan-pelayanNya, Dewi-Dewi lain pun juga telah datang. ”

Siwa sangat senang. Dia tidak dapat mendeteksi bahwa ini adalah Parvati palsu. Sementara mereka sedang melakukan hal-hal menyenangkan, Parvati, Nandi dan Dewi-Dewi yang aslipun datang dan menjadi kebingungan antara mereka. Tidak ada yang bisa mengetahui yang mana yang asli dan mana yang palsu. Akhirnya kekacauan ini dapat diakhiti ketika para apsara kembali ke bentuk asli mereka. Baik Siwa maupun Parvati marah atas kejadian ini.

Parvati Samaran Yang Lain

Ini merupakan kejadian pada waktu Parvati pergi untuk melakukan tapasya sehingga menjadi lebih terang/putih (Gouri). Sebelum pergi untuk bermeditasi, dia memanggil Nandi berkata, “SuamiKu tidak tahu perbedaan antara Parvati yang asli dan yang palsu. Tetap hati-hatilah berjaga di gerbang dan jangan membiarkan Parvati palsu masuk.”

Ada asura bernama Adi. Dia melakukan tapasya dan mendapatkan anugerah dari Brahma yang akan membuatnya abadi. Brahma menolak untuk memberinya ini, tetapi memberikan kepadanya agar Adi menjadi sangat kuat. Bahagia dengan anugerah ini, Adi berkeliaran di Himalaya dan menemukan Nandi berjaga-jaga di pintu gerbang kediaman Siwa. “Apa yang kau lakukan di sini? asura itu bertanya kepada Nandi.

Nandi menceritakan percakapannya dengan Parvati kepada asura itu. Setelah mendengar cerita Nandi asura Adi pun pergi. Tapi ia segera kembali, kali ini menyamar sebagai Parvati. Agar Nandi membiarkannya masuk, dia melewati gerbang dan kembali menyamar sebagai ular. Dan dalam istana, ia berubah ke bentuk Parvati lagi. Dia kemudian pergi menemui Siwa. Siwa pun

tidak menyadari bahwa ini adalah Parvati palsu dan ia maju ke depan untuk merangkul asura Adi. Tapi tak lama setelah Siwa memeluknya, adi kembali ke bentuk asuranya dan mencoba untuk membunuh Siwa. Kedua sosok itu bertempur hebat dan Siwa akhirnya dapat membunuh Adi. Tapi sebelum meninggal, asura Adi memainkan trik lain. Dia mengatakan “Siwa, aku punya seorang saudara yang lebih kuat daripada aku. Dia akan kembali ke sini dalam bentuk Parvati dan akan membunuhmu.” Ini adalah kebohongan besar. Adi tidak mempunyai saudara laki-laki. Parvati asli kembali setelah menyelesaikan tapasyaNya. Tapi Siwa berpikir bahwa ini adalah asura saudara Adi yang menyamar sebagai Parvati. Dia menciptakan banyak makhluk dari tubuhNya untuk membunuh Parvati.

Tapi Parvati juga menciptakan banyak makhluk dari tubuhNya sendiri dan semua makhluk ini makhluk ciptaan Siwa. Kejadian ini berlangsung ribuan kali. Siwa akhirnya menyadari bahwa ini pastilah Parvati asli. Siwa dan Parvati akhirnya bersatu dan tidak ada lagi Parvati palsu.

Cerita Tentang Yama

Pertapa Sanathkumara adalah putra dari Brahma, suatu waktu Sanathkumara pergi untuk menemui Yama, Sang Dewa Kematian. Sementara mereka bercakap-cakap, tiba-tiba sebuah vimana(kendaraan terbang) membawa seorang pria untuk Yama, orang tersebut segera berdiri untuk menghormati tamu. Yama menyembah kepadanya dan berkata,” aku merasa terhormat. Saya harap Anda tidak punya masalah di jalan.”

“Kendaraan vimana tersebut akan membawa Anda langsung ke kediaman Brahma di Brahmaloka.” Setelah tamu itu pergi, vimana bersinar yang lain datang kembali membawa tamu yang lain, yang juga disembah dengan cara yang sama oleh Yama. Heran melihat kejadian ini, Sanathkumara bertanya kepada Yama,” Siapakah kedua orang itu? Aku tidak pernah mendengar tentang Yama yang menyembah siapa pun dengan wajah yang berseri-seri seperti ini. Kedua harus itu pastilah orang yang sangat suci. Mereka pasti telah mengumpulkan banyak punya (tabungan kebajikan). Siapakah mereka? Ceritakan padaku.” Inilah cerita-cerita tentang mereka.

Kewajiban Yama

Adalah sebuah kota yang bernama Vaidisha. Raja yang memerintah bernama Dharapala. Nandi dikutuk oleh Parvati bahwa ia harus menghabiskan dua belas tahun di bumi sebagai seekor serigala. Kejahatannya adalah melalaikan tugasnya pada waktu Parvati pergi untuk melakukan tapasya, Nandi telah mengijinkan Parvati palsu untuk memasuki kediaman Siwa. Nandi lahir sebagai serigala. Serigala itu pergi ke tepi sungai Vitasta danVetravati. Dia sana ia mendirikan Lingga dan berdoa tanpa makan dan minum. Setelah dua belas tahun berlalu, serigala itupun meninggal dan mengambil bentuk yang bersinar.

Dalam bentuk ini, Nandi kembali ke Siwaloka. Raja Dharapala telah melihat serigala berpuasa dan berdoa. Dia juga telah menyaksikan kematiannya yang aneh. Raja menjadi sangat bertanya-tanya tetantang kejadian ini. Akibat pertanyaannya ini, ia mendirikan sebuah kuil di tempat yang indah. Dia membawa beberapa brahmana ke kuil tersebut dan menyuruh mereka membaca Purana dengan terus-menerus di sana. Ketika Dharapala meninggal, maka diputuskan bahwa ia akan pergi ke Brahmaloka karena semua punya(kebajikannya) ini. Ini adalah tamu pertama yang datang kepada Yama. Itulah kebajikan yang indah dengan jalan menyembah Siwa dan Purana.

Bagaimana dengan tamu yang kedua? tanya Sanathkumara.

Tamu yang kedua adalah orang yang jahat. Dia tidak pernah menyumbangkan apa-apa dalam hidupnya. Tapi ia pernah mendengar bahwa dengan membaca Purana maka dosanya akan bisa terhapus. Dia mengatur banyak pembacaan Purana dengan mengundang para brahmana dan menyumbangkan emas ke pada brahmana yang membacakannya Purana.Punya ini akan membawanya ke Brahmaloka. Itulah kebajikan yang indah mendengar dan membaca Purana. Melakukan ini sama artinya dengan memuja Brahma,Wisnu dan Siwa.

Shatanika dan Shasranika

Di daerah bernama Jambudvipa (India sekarang), diperintah oleh seorang raja yang bernama Shatanika. Dialah adalah yang terbaik di antara prajurit. Tapi ia juga sangat religius. Dia menyumbangkan sedekah dan memperlakukan para tamu dengan baik. Setiap hari, brahmana menerima sumbangan emas dan pakaian dari Shatanika. Di saat Shatanika meninggal, Sahasranika putranya menggantikannya menjadi raja. Sahasranika juga memerintah dengan baik dan selayaknya. Tapi ia tidak menyumbangkan sebanyak sedekah kepada para brahmana seperti yang dilakukan ayahnya dulu. Para Brahmana membawa pengaduan mereka kepada raja dan berkata, “Anda tidak memberikan kami sedekah seperti yang ayahmu lakukan dulu, banyak brahmana yang akan meninggalkan kerajaan ini. Jadi tidak ada brahmana lagi di kerajaan ini , kecuali jika Anda meningkatkan sedekah yang Anda berikan kepada kami.”

“Aku memang mendengar bahwa sumbangan sedekah kepada para brahmana membawabanyak punya,” jawab Sahasranika. “Saya juga mendengar bahwa semua punya ini akan membawa seseorang ke surga setelah kematian, sampai waktu seseorang harus dilahirkan kembali. Karena ayah saya mengumpulkan banyak punya selama hidupnya dengan menyumbangkan sedekah kepada brahmana, seharusnya sekarang Ia berada di surga. Itu sesuai dengan apa yang anda telah pelajari dari kitab suci. Jadi sekarang katakan padaku, dimana ayahku sekarang?

Para brahmana tidak bisa menjawab. Mereka tidak tahu di mana Shatanika itu. Tapi kemudian,

mereka bertemu dengan seorang pertapa terpelajar yang bernama Bhargava. Bhargava itu begitu pintar dan sakti sehingga para brahmana yakin bahwa ia akan dapat mengatakan di mana Shatinika saat ini berada setelah kematiannya. Mereka memohon Bhargava untuk membantu mereka. Bhargava tidak terlalu tertarik untuk membantu para brahmana. Dia sedang sibuk bermeditasi dan tidak ingin membuang-buang waktu untuk mencari tahu di mana

orang mati sekarang berada. Tapi para brahmana terus memohon kepadanya dan Bhargava akhirnya setuju.

Dewa matahari sendiri memimpin jalan dan, Bhargava mengikuti dewa matahari, Bhargava pergi sepanjang jalan untuk menuju kediaman Yama . setelah lama berjalan dan jalan yang ditempuh pun sudah sangat jauh. Dewa matahari mengantar Bhargava langsung ke tempat dua puluh delapan bagian dari dunianaraka (neraka).Suatu tempat dimana orang-orang berdosa yang sedang disiksa bisa jelas didengar. Sebelum bisa pergi lebih jauh lagi, jalan mereka terhalang oleh seorang Brahmana. “Bhargava,” kata Brahmana itu, “Kau berutang padaku sebuah koin atas jasaku padamu.” “Anda belum membayarnya sampai aku mati. “Bayarlah koin itu baru kemudian kamu dapat melangkah lebih jauh.”

“Saya tidak membawa uang sekepingpun,” jawab Bhargava.”Ketika aku kembali ke rumah, aku akan mengumpulkan koin dan membawanya kembali kepada Anda. Sekarang biarlah saya bergerak maju.” “Omong kosong !” kata sang Brahmana. Ini adalah neraka. Pembayarannya hanya secara tunai.Tidak ada alasan untuk membayar nanti. Membayar atau kau tidak dapat melanjutkan perjalananmu. Jika Anda tidak memiliki koin, mengapa kau tidak membayar saya dengan seperenam dari semuapunyamu yang telah kau diperoleh melalui meditasimu.

Bhargava membayar apa yang diminta untuk dan berjalanmaju. Berturut-turut ia dihentikan oleh seorang gembala sapi, tukang cuci, penjahit, seorang pendeta dan tukang pembangun. Untuk masing-masing dari mereka Bhargava berutang sejumlah uang dan mereka tidak akan membiarkan dia pergi sampai utangnya dilunasi Dalam setiap kasus, Bhargava berkurang seperenam dari punya-nya sampai akhirnya habis.

Ketika smua hutang sudah diselesaikan, dewa matahari dipimpin Bhargava ke neraka tempat Shatanika berada. Bhargava merasa bingung untuk mencari raja Shatanika dalam neraka. Raja itu digantung terbalik dalam panci dan direbus dalam minyak. Bhargava bertanya kepada Shatanika,” Ada apa semua ini? Mengapa kau di neraka? Anda telah mengumpulkan banyak punya melalui amal saleh.” “Tidak juga,” jawab sang raja. “Aku menyumbangkan banyak sedekah, terutama untuk brahmana. Tapi semua uang untuk sedekah berasal dari uang pajak rakyatku. Jadi tidak membawa punya pada saya.” Pergi dan beritahukan anak saya bahwa untuk mendapatkan punya yang terbaik, diperoleh dengan bergaul dengan orang benar dan suci. Dan yang paling penting dari semuanya, katakan padanya untuk berdoa untuk Siwa di bulan Chaitra dan chaturdashi tithi (hari keempat belas pada dua minggu kalender lunar).

Ketika Bhargava kembali, ia menceritakan apa yang telah diperintahkan untuk Sahasranika. Sahasranikatidak berhenti menyumbangkan sedekah. Tapi uang untuk sedekah itu tidak lagi keluar dari perbendaharaan kerajaan. Raja bekerja sebagai seorang pekerja dan menggunakan uang ini untuk sumbangan sedekah. Ia juga menuruti vrata yang diminta ayahnya untuk memuja Siwa.

(Berlanjut ke Bagian 18 ...)