Dalam kekayaan spiritual Bali, hari-hari suci atau rerahinan memiliki makna mendalam yang tak sekadar tradisi turun-temurun. Salah satunya adalah Buda Kliwon, hari yang menjadi momen penting untuk mendekatkan diri kepada kesucian asal-muasal kehidupan. Artikel ini akan mengajak Anda memahami lebih jauh makna Buda Kliwon, praktik pemujaannya, hingga kaitannya dengan kehidupan sehari-hari umat sedarma.
Apa Itu Buda Kliwon?
Buda Kliwon lahir dari pertemuan antara Sapta Wara (hari ketujuh, yaitu Buda/ Rabu) dengan Panca Wara (hari kelima, yaitu Kliwon). Pertemuan ini membentuk satuan waktu yang istimewa yang datang setiap satu bulan Bali, atau setiap 35 hari.
Dalam tradisi Bali, hari Buda Kliwon dianggap sebagai rerahinan — hari suci — karena diyakini sebagai momen payogan (turunnya kekuatan spiritual) Ida Sanghyang Hayu, dalam manifestasi-Nya sebagai Sanghyang Mami Nirmala Jati.
Makna Spiritual Buda Kliwon
Pada hari Buda Kliwon, umat sedarma diajak untuk meningkatkan kesadaran spiritual. Sanghyang Nirmala Jati melambangkan kemurnian, kesucian jiwa, dan kekuatan penyembuh yang menganugerahkan kerahayuan (keselamatan dan kesejahteraan).
Untuk itu, hari ini menjadi saat yang tepat bagi umat untuk:
- Membersihkan diri secara lahir dan batin.
- Memusatkan pikiran pada kemurnian dan keseimbangan hidup.
- Memohon anugerah kerahayuan bagi diri sendiri, leluhur, dan keturunan.
Tata Cara Pemujaan di Hari Buda Kliwon
Sebagai wujud bakti, umat sedarma (Sang Gama Tirtha) melaksanakan pemujaan sederhana namun bermakna pada hari ini. Beberapa hal yang dilakukan antara lain:
- Menghaturkan canang di sanggah atau merajan (tempat suci keluarga).
- Menyajikan wangi-wangian dan kembang payas sebagai simbol keharuman batin.
- Meletakkan sesajen juga di tempat tidur, sebagai lambang penyucian tempat beristirahat.
Pemujaan ini bertujuan untuk memohon anugerah kerahayuan tri mandala, yaitu:
- Kerahayuan para leluhur (Atma di alam niskala).
- Kerahayuan diri dan keluarga yang masih hidup.
- Kerahayuan anak-cucu sebagai generasi penerus.
Dengan ritual ini, hubungan spiritual antara dunia niskala (tak kasat mata) dan sekala (kasat mata) senantiasa terjaga dalam keseimbangan harmonis.
Buda Kliwon dalam Kalender Suci Bali
Buda Kliwon bukan hanya sekadar hari suci biasa, tetapi juga menjadi tonggak bagi banyak tegak odalan (hari jadi pura atau sanggah). Contoh pentingnya termasuk:
- Buda Kliwon Sinta (Pagerwesi) – Hari perlindungan spiritual diri.
- Buda Kliwon Gumbreg – Hari untuk memuliakan kekuatan kehidupan.
- Buda Kliwon Dungulan (Galungan) – Kemenangan Dharma melawan Adharma.
- Buda Kliwon Paang (Pegatwakan) – Hari pelepasan ikatan duniawi.
Buda Kliwon Matal dan Buda Kliwon Ugu – Hari-hari lain yang memiliki makna spiritual tersendiri.
Dengan demikian, Buda Kliwon berfungsi sebagai pengingat berkala untuk terus memelihara kesucian hidup.
Penutup: Melestarikan Spiritualitas dalam Setiap Langkah
Demikianlah makna suci Buda Kliwon sebagaimana tersurat dalam Pakem Gama Tirtha. Tradisi luhur ini mengajarkan kita untuk senantiasa kembali ke asal kesucian dalam setiap langkah hidup.
Dalam bahasa Bali, ada ungkapan: "Ampura. Titiang Ngemangsinin Guak." (Mohon maaf bila saya "menghitamkan burung gagak", memberitahukan sesuatu kepada yang sudah mengetahuinya.)
Namun, tak ada salahnya kita terus mengingatkan diri — sebab dalam dunia yang semakin sibuk ini, menjaga kesadaran akan asal-usul dan kerahayuan menjadi kebutuhan yang semakin penting.
Semoga cahaya Sanghyang Nirmala Jati senantiasa menyertai perjalanan hidup kita semua. Om Shanti Shanti Shanti Om.
Komentar