Siwa Purana Bagian 15

Nandi

Ada seorang pertapa yang bernama Shilada. Dia pernah melihat bahwa nenek moyang sedang disiksa di neraka. Ketika ia mencoba untuk mencari tahu mengapa hal itu begitu, ia diberitahu bahwa ini karena Shilada tidak mempunyai seorang anak laki-laki . Untuk memperoleh seorang putra, Shilada mulai berdoa untuk Siwa. Ia berdoa selama seribu tahun. Pada akhir tapasya, Siwa muncul dan memberikan Shilada sebuah permohonan. Shilada memohon agar dianugerahkan untuk memiliki seorang anak yang saleh. Beberapa hari kemudian, ketika Shilada sedang membajak tanah, dia menemukan bayi laki-laki di mata bajaknya.

Anak itu terang seperti sinar matahari dan api. Shilada ketakutan dan mulai untuk melarikan diri. Tapi anak itu berseru kepadanya, “Bapa, berhenti. Bapa, berhenti,” Sebuah suara kemudian terdengar dari langit. Suara ini mengatakan bahwa ini adalah putra ia inginkan.

Karena anak ini akan membuat semua orang bahagia, ia akan bernama Nandi. Shilada membawa nandi pulang ke pertapaannya. Dia mengajarkan anaknya Veda, seni obat dan berperang, menari dan menyanyi dan beberapa teks-teks suci lainnya. Semua dikuasai Nandi dalam waktu lima belas hari.

Ketika Nandi berusia tujuh tahun, dua orang pertapa yang bijak tiba di pertapaan Shilada. Nama mereka Mitra dan Varuna. Shilada menyembah mereka dan Nandi mempersembahkan mereka makanan dan minuman. Melihat ketulusannya Nandi diberkati oleh kedua pertapa ytersebut dengan kata-kata, “Jadilah orang yang selalu rajin belajar dan setialah kepada guru.” Shilada berkata,” Wahai pertapa yang bijak, mengapa kau tidak memberkati anakku dengan umur panjang? “”Kami tidak bisa”, jawab orang bijak. “Anakmu akan mati ketika ia berusia delapan tahun.” “Itu ditulis dalam bintang.”

Shilada kecewa mendengar ini, tapi Nandi menghibur ayahnya. Dia berjanji kepada ayahnya bahwa ia akan melakukan sesuatu agar garis nasibnya harus ditulis ulang. Dia berencana berdoa kepada Siwa. Dan ketika ia bertemu dengan Siwa, ia akan minta kepadanya suatu anugerah agar panjang umur.

“Itu tidak mungkin”, seru Shilada. “Aku harus bermeditasi selama seribu tahun sebelum aku bisa bisa bertemu Siwa. Bagaimana kamu berharap untuk bertemu Siwa dalam satu tahun? ”

“Tunggu dan lihat, ayah,” jawab Nandi. Adalah sulit untuk bertemu Siwa jika Anda hanya melakukan tapasya atau haus akan pengetahuan. Rahasianya terletak pada iman dan pengabdian. Saya akan mengabdi padaNya.

Ada sebuah sungai bernama bhuvana. Nandi memasuki sungai ini dan mulai doa di dalam air untuk Siwa. Siwa senang atas usahanya sehingga Siwa muncul di hadapannya. “Apa permohonan yang kamu inginkan?” tanya Siwa. “Berikanlah aku anugerah agar aku bisa berbakti kepada Anda”, jawab Nandi.” Aku tidak ingin teelahir kembali terus menjadi tua dan mati. ”

Siwa memberikan anugerah yang didinginkannya dan ayahnya akan tinggal tinggal diSiwaloka. Ayahnya menjadi pemuja Siwa yang dikenal sebagai Gana. Siwa membuat Nandi sebagai Ganapati, kepala dari gana dan mempertahankan dirinya sebagai pennghuni Siwaloka dan menjadi pemuja Siwa yang taat. Siwa juga memberikan Nandi sebuah kalungan bunga yang indah untuk dipakai. Begitu ia meletakkan karangan bunga ini pada Nandi,Siwamenjadi berseri-seri dengan tiga mata dan sepuluh tangan Nya.

Satuan Waktu

Unit terkecil waktu adalah nimesha. Ini adalah jumlah waktu yang diperlukan untuk berkedip. Lima belas nimesha membuat satu kashthadan tiga puluh kashtha adalah satu kala. Sepuluh kala membuat satu muhurta dan tiga puluh muhurta adalah satu hari. Tiga puluh hari adalah satu bulan.

Setiap bulan dibagi ke dalam dua dwimingguan lunar, shukapaksha dan krishnapaksha. Enam bulan disebut sebuah Ayana. Dengan demikian ada dua ayana dalam setahun. Tiga ratus enam puluh tahun manusia adalah setara dengan satu tahun untuk para dewa. Panjang dari empat yuga (era) didefinisikan dalam satuan tahun para dewa, bukan dalam satuan tahun manusia. Ada empat yuga (era) dan nama mereka adalah : kritayuga atau satyayuga, tretayuga, dvaparayuga dan Kaliyuga.

Satyayuga berlangsung selama empat ribu tahun ilahi,Tretayuga untuk tiga ribu, Dvaparayuga selama dua ribu dan Kaliyuga selama seribu tahun ilahi. Jumlah dari keempat yuga ini menjadi sepuluh ribu tahun ilahi. Sandhya dan sandhyamsha adalah periode transisi/peralihan antara yuga, jadi totalnya waktu yuga bertambah dua ribu tahun ilahi lagi. Dengan demikian, total keempat yuga berlangsung selama dua belas ribu tahun ilahi.

Kalpa (siklus), adalah dimana empat yuga telah berlangsung seribu kali. Sebuah kalpa mempunyai empat belas manvantara (era). Manvantara, adalah dimana empat yuga telah berlangsung tujuh puluh satu kali. Satu kalpa setara dengan satu hari untuk Brahma.

Seribu kalpa adalah satu tahun Brahma dan delapan ribu tahun Brahma membentuk yuga Brahma. Seribu yuga Brahma membentuk satu savana dan Brahma (Dewa) hidup selama tiga ribu savana. Periode ini dikenal sebagai trivrita. Setiap hari Wisnu, satu Brahma lahir dan mati. Dan setiap hari Siwa, satu Wisnu lahir dan mati.

Daksha Yajna

Para pertapa bertanya, “Romaharshana, Anda belum memberitahu kami kisah pertengkaran antara Daksa dan Siwa yang menyebabkan kematian Sati.” “Anda hanya menyebutkannya secara sepintas saja, ceritakan kepada kami cerita yang selengkapnya sekarang.” Romaharshana pun mulai bercerita. Sati, anak perempuan Daksa menikah dengan Rudra (Siwa). Suatu hari, para dewa, para setan dan pertapa mengunjungi Siwa dan Sati di Himalaya. Daksa menyertai mereka pada kunjungan ini. Ketika para dewa tiba, Siwa hanya duduk dan tidak bangun untuk menghormati Daksa.

Dia tidak memperlihatkan penghormatan khusus kepada Daksa dan Daksa yang notabene adalah ayah mertuanya menjadi sangat terhina. Daksa menafsirkan ini sebagai tanda penghinaan. Dia merasa terhina dan menjadi marah akibat peristiwa tersebut. Selanjutnya, Daksa akan melaksanakan upacara Yajna(korban suci) dan mengirimkan undangan kepada semua anak laki-lakinya dan juga para istri mereka. Dia tidak mengundang Siwa dan Sati sebagai balasan sikap Siwa waktu lalu.

Tapi Sati mendengar tentang upacara korban suci (yajna) tersebut dan memutuskan bahwa ia akan hadir, meskipun tidak ada undangan. Dengan mengendarai vimana (kendaraan terbang) yang sangat indah, Sati pergi ke rumah ayahnya. Daksa sama sekali tidak senang melihat kedatangan Sati. Bahkan, ia sama sekali mengabaikannya dan lebih memerhatikan anak-anak perempuannya yang lain. Ketika Sati bertanya tentang sikap ayahnya ini, Daksa mengatakan kepadanya bahwa ini adalah karena suaminya, yang tidak punya rasa hormat bahkan untuk mertuanya sendiri.

Mendengar ini, Sati sedih dan merasa menyesal. Ia meloncat ke api suci yajna tersebut untuk membunuh dirinya karena kejadian ini. Melihat kejadian ini, Gunung Himalaya berdoa agar Sati kan dilahirkan (reinkarnasi) sebagai putrinya. Sati akhirnya lahir sebagai anak perempuan Himalaya dan Siwa-Sati (Parvati) akhirnya dapat menikah lagi di kelahiran berikutnya.

Cerita ini sudah Anda ketahui. Beberapa tahun kemudian, Daksa memutuskan untuk mengadakan ashvamedha (kurban kuda) di Gunung Himalaya. Para dewa dan pertapa semua diundang untuk upacara pengorbanan yang besar ini, kecuali Siwa. Pertapa Dadici yang mengetahui kejadian ini, ia juga tidak datang untuk memprotes perlakuan Daksa terhadap Siwa.. Parvati mendengar tentang pengorbanan ini dan ia mulai menghasut Siwa untuk melakukan sesuatu. Siwa menciptakan suatu makhluk bernama Virabhadhra.

Virabhadhra bersinar dengan energi kosmis yang luar biasa dan ia mempunyai ribuan mulut dan mata. Rambutnya berkilau seperti bercahaya dan tangannya penuh segala macam senjata. Ketika ia berbicara, rasanya seperti guntur. Dari tubuhnya, Virabhadra menciptakan setan perempuan bernama Bhadrakali. “Apa yang mesti kami lakukan?, Tanya Bhadrakali dan Virabhadra kepada Siwa. “Pergi dan hancurkan Upacara yajna Daksa!” Perintah Siwa.

Untuk membantu mereka dalam menjalankan perintah Siwa, Virabhadra menciptakan setan dari bagian-bagian tubuhnya. Semua setan ini mempunyai seribu tangan dan membawa senjata. Virabhadra, Bhadrakali dan para setan ini menuju upacara yajna Daksa. Ketika mereka sampai di sana, mereka menemukan bahwa upacara korban sudah dimulai dan api suci sudah dinyalakan. Para pertapa membaca pujian dan dewa-dewa sedang menonton. Instrumen Musik yang sedang dimainkan dengan merdunya. Virabhadra datang dan mengeluarkan suara raungan dan suara gemuruh, mendengar suara itu beberapa dari para dewa mulai melarikan diri.Suara auman tersebut membuat bumi bergetar. Ada gelombang pasang di laut.

Daksa ketakutan. Tapi ia mengumpulkan keberanian dan bertanya, “Siapakah engkau dan mengapa kamu datang ke sini?” “Kami adalah pelayan Siwa dan kami datang untuk mengambil bagian dalam kurban.”

Virabhadra.

Virabhadra dan setan-setan yang lain kemudian mulai membakar tempat upacara pengorbanan kuda itu diadakan. Mereka mengikat para pertapa dan melemparkan semua persembahan itu. Dengan senjata mereka, mereka menyerang para dewa. Apa pun perlawanan para dewa yang mencoba melawan, selalu dipatahkan oleh senjata trisulanya Virabhadra dan tombaknya Bhadrakali.

Dewi Saraswati yang kehilangan hidungNya dan Dewa Agni kehilangan lenganNya. Pertapa Bhaga dicungkil matanya dan pertapa Pusha kehilangan semua giginya. Virabhadra memotong kepalanya Daksa dan memberikannya kepada Bhadrakali. Bhadrakali memainkan potongan kepala tersebut bagaikan sedang bermain sepak bola. Ribuan dewa meninggal dan upacara pengorbanan kuda itu berubah medan pertumpahan darah.

Vishu mencoba melawan, Ia dan Virabhadra saling menembak satu sama lain. Tapi salah satu panah Virabhadra menghantam dada Wisnu dan Ia langsung jatuh pingsan. Didorong oleh Brahma, para dewa mulai berdoa untuk Siwa. Doa ini untuk menenangkan Siwa dan Siwa memerintahkan Virabhadra dan Bhadrakali untuk menahan diri dan menghentikan semua pengrusakan ini. Brahma bertanya, “Bagaimana dengan para Dewa yang telah terbunuh? Harap hidupkanlah mereka kembali.”

Karena kemarahan Siwa telah ditenangkan, dia menghidupkan kembali para Dewa yang mati. Mereka yang kehilangan bagian dari tubuh mereka kembali utuh seperti semula. Tapi apa yang harus dilakukan terhadap Daksa? kepalanya tidak dapat ditemukan. Sebuah kepala kambing karena itu ditempelkan ke tubuh Daksa dan dihidupkan kembali. Daksa pun memohon pengampunan Siwa.

Parvati Menjadi Gouri

Ada dua sosok raksasa (asura) bernamaShumbha dan Nishumbha. Mereka sering melakukan meditasi dan tapasya yang akhirnya dapat menyenangkan hati Brahma. oleh sebab itu Brahma memberikan mereka anugerah bahwa mereka tidak dapat dibunuh oleh laki-laki. Setelah memperoleh keuntungan, kedua setan mulai menindas dunia. Mereka mengusir para Dewa dari surga dan para Dewa pergi menemui Brahma untuk bertanya tentang pemecahan permasalahan mereka. brahmapun tidak dapat memberikan solusi.

Brahma pergi ke Siwa. “Anda harus membantu para Dewa,” katanya kepada Siwa. Aku telah memberikan Shumbha dan Nishumbha anugerah bahwa mereka tidak dapat dibunuh oleh laki-laki.” “Carilah suatu cara agar Parvati dapat melahirkan seorang anak perempuan.” “Dia akan membunuh Shumbha dan Nishumbha. “”Saya akan mencoba,” jawab Siwa. Ketika Siwa bertemu dengan Parvati, Siwa mengatakan bahwa parvati bertambah hitam/gelap (kali). Perkataan Siwa membuat Parvati marah.

Kenapa kau menikah denganku kalau kau pikir aku begitu hitam? tanya Parvati. Mengapa kau pura-pura mencintaiKu? terkutuklah wanita yang tidak dicintai oleh suaminya. Aku akanmelakukan tapasya sehingga aku bisa menjadi putih/terang. Aku akan berdoa kepada Brahma. Parvati pergi untuk bermeditasi. Dia bermeditasi selama bertahun-tahun. Ada harimau yang melihat Parvati bermeditasi. Bukan harimau yang baik sama sekali, tetapi yang ganas. Harimau itu menunggu Parvati untuk menyelesaikan tapasyaNya, setelah selesai akan langsung dimakanNya. Sementara Parvati mengira harimau itu menjaganya dari serangan binatang buas.

Dia berpikir bahwa harimau itu pemujaNya dan karena itu ia memasuki jiwa harimau itu. Segera setelah ia melakukan hal ini, semua pikiran jahat dari harimau itu lenyap dan harimau. itu sekarang memang menjadi salah satu pemuja Parvati. Sementara itu, Brahma datang untuk mengabulkan permintaan Parvati yang sedang bermeditasi. Parwati mengatakan ia ingin menjadi Gouri, yaitu, seseorang yang mempunyai kulit terang dan bersinar (Gouri). Dia sedih dan lelah disapa sebagai kali oleh Siwa suamiNya. Brahma mengabulkan permohonan Parvati.

Parvati membersihkan semua sel gelap (kosha) dari tubuhNya dan berubah menjadi Gouri. Dari sel yang gelap itu munculah sesosok Dewi bernama Koushiki. Parvati menyerahkan Koushiki kepada Brahma. Oleh Brahma Dewi Koushiki diberkahi dengan senjata, Koushiki-lah yang akhirnya membunuh Shumbha dan Nishumbha. Parvati kembali kepada suaminya sebagai Gouri.

Apa yang terjadi dengan harimau? Siwa mengubahnya menjadi seorang pria dan ia dipekerjakan oleh Nandi (Raja dari semua pemuja Siwa) sebagai salah satu penjaga Siwa. Dia bernama Somanandi.

(Berlanjut ke Bagian 16 ...)