Siwa Purana Bagian 8

Tirtha (Tempat Ziarah) Atrishvara

Ada sebuah hutan yang bernama Kamada, yang tidak pernah terkena hujan selama 100 tahun. daun-daun menjadi kering dan para penghuni hutan pun menjadi menderita. pertapa Atri memutuskan untuk bermeditasi untuk meminta hujan. Istri pertapa Atri bernama Anasuya dan ingin bertapa dengan suaminya bersama-sama. Keduanya mulai memuja Siwa, sungguh d kebingungan untuk memilih siapa yang bertapa paling khusyuk karena keduanya melaksanakan tapa yang sangat sulit. 54 tahun telah berlalu dan mereka melakukan tapasya tanpa makan dan minum.

Meditasi Atri akhirnya terhenti, ia merasa sangat haus. Ia menyuruh istrinya untuk mencari air untuk meredakan kehausannay. ketika Anasuya mau mencari air, Dewi Gangga muncul di hadapannya. “aku senang menyaksikan tapasya-mu” ujar Dewi Gangga. “Sebutkan apa permintaanmu?” “Jika Dewi senang dengan pertapaanku”sahut Anasuya “Buatlah kolam disini dan penuhi kolam itu dengan airmu.” Gangga menyetujuinya. Anasuya mengisi mangkuk airnya dengan air dari kolam tersebut untuk diberikan kepada suaminya. Atri meminum air dari kolam tersebut dan merasakan rasa yang beda dengan air yang biasa diminumnya. Ketika dia bertanya kepada Anasuya dimana mendapatkan air itu, Anasuya menceritakan kejadiannya. akhirnya pasangan suami istri tersebut menuju ke kolam tadi. Anasuya mendapatkan banyak Punya (tabungan kebajikan) atas tapasyanya. Gangga setuju untuk berdiam disana untuk menyediakan segala kebutuhan Anasuya dan akan ditukarkan dengan Punya yang diperoleh Anasuya atas tapasyanya selama 1 tahun. anasuya setuju dengan syarat tersebut.

Sementara itu Siwa muncul dan memberikan Anasuya anugerah. Anasuya meminta agar Siwa selalu muncul di hutan itu. Siwa menyetujui. Tempat suci ini dikenal dengan Tirtha Atrishvara.

Chandra and Somanatha

Ke-27 anak putri Dhaksa dinikahkan dengan Dewa Bulan Chandra. Satu dari istrinya bernama Rohini dan Chandra sangat mencintai rohini dibandingkan istri lainnya. Istrinya yang lain merasa tidak diperhatikan dan mereka melaporkan kejadian ini kepada ayahnya. Dhaksa memperingatkan agar Chandra memberikan kasih sayang yang sama ke semua istrinya, tapi Chandra tidak mendengar kata-kata mertuanya.

Dhaksa mengutuk Chandra agar menghilang secara bertahap setiap bulannya. Chandra tidak tahu yang harus diperbuat atas kejadian ini. Ia pergi mengunjungi Brahma untuk melaporkan kejadian ini dan Brhama menyarankanNya untuk memuja Siwa sebagai satu-satunya jalan keluar. Chandra pergi ke Tirtha Prabasa dan membuat Lingga di sungai Saraswati. Ia memuja Siwa selama 6 bulan. pada akhir tapasyaNya Siwa hadir di hadapanNya dan memberikan anugerah. Chandra menerangkan masalahNya. “Baiklah”sahut Siwa, “Kutukan Dhaksa tidak bisa dihiraukan.” “Mari kita kompromikan.” “Selama Krishnapaksa kamu akan menyusut dan selama Shuklapaksha (terangnya malam bulan purnama) kamu akan bangkit lagi.” “Itu akan menyenangkan semua pihak.” Chandrapun puas mendengar penjelasan Siwa. Lingga yang dipuja oleh Chandra dinamakan Somantha, Jyotirlingga yang pertama. Siwa selalu menampakkan diri pada Tirtha tersebut.

Mallikarjuna

“Bagaimana dengan Jyotirlingga yang kedua, Mallikarjuna?”

Kalian sudah tahu bahwa ketika Kartikeya marasa dicurangi oleh Ganesha, Ia memutuskan untuk tinggal lagi di kediaman Siwa di Kailasa dan memutuskan untuk hidup di Gunung Krouncha.

Parvati menjadi sedih melihat kenyataan anakNya meninggalkanNya. ia mengirihm Para Dewa, Para Rsi , Gandharva dan Apsara untuk membujuk anakNya untuk kembali. Kartikeya tetap bersikeras. Akhirnya Siwa dan Parvati berdua yang menjemputNya, tapi Kartikeya meminta mereka agar tidak mendekat. Siwa dan Parvati memutuskan untuk tinggal di tempat yang jaraknya 6 mil dari tempat Kartikeya berada. mereka sering berada di sana agar lebih dekat dengan putraNya. Tempat ini dinamakan Mallikarjuna.

Dushana and Mahakala

Jyotirlingga yang ketiga adalah Mahakala

Kota Avanti berada di tepi sungai Kshipra (Shipra). seorang Brahmana yang bernamaVedapriya tinggal disana. Ia selalu memuja Siwa setiap hari dan keempat orang puteranya melakukan hal yang sama. Anak-anaknya bernama Devapriya, Priyamedha, Suvrita danSuvrata.

Tak jauh dari sana, di sebuah bukit yang bernama Ratnamala, hiduplah seorang Raksas yang bernama Dhusana. Dhusana sangatlah jahat, ia tidak percaya terhadap ajaran Veda dan veda bukanlah suatu Agama yang sesat baginya. Ia melakukan segala cara untuk menghancurkan agama ini. Akhirnya Dhusana mengetahui bahwa di kota Ashanti terdapat keluaraga Brahmana yang menganut Agama Veda dan selalu melakukan pemujaan terhadap Siwa.

Mereka adalah Devapriya, Priyamedha, Suvrita dan Suvrata. Ayah mereka Vedapriya belum lama meninggal. Dhusana bersama teman-temannya datang dan berniat menyerang kota Avanti. Mereka berencana untuk membunuh keempat Brahmana. Namun keempat Brahmana tersebut tidak gusar terhadap keadaan tersebut. Mereka tetap melakukan pemujaan terhadap Siwa. Mereka membungkuk untuk menyembah Lingga Siwa. Tiba-tiba suara yang mengelegar terdengar dan sebuah lubang di tanah tampak di depan Lingga tersebut. Siwa muncul dari lubang tersebut.

Dhusana seketika terbakar akibat kekuatan teriakan Siwa dan seluruh pasukan Dhusana lari terbirit -birit. keempat Brahmana tersebut memohon agar Siwa selalu hadir di tempat tersebut dan Siwa menyetujuiNya. tempat itu dikenal dengan Mahakala.

(Berlanjut ke Bagian 9 ...)